Thomas Kutty Abraham - Bloomberg News
Bloomberg, Thailand berencana mengubah undang-undang untuk memudahkan orang tua tunggal dan anggota komunitas LGBTQ untuk memiliki anak dan menawarkan perawatan infertilitas melalui rumah sakit pemerintah, sebagai bagian dari kampanye untuk membalikkan penurunan angka kelahiran ke level terendah dalam tujuh dekade.
Kementerian Kesehatan Thailand berencana mengubah undang-undang untuk memberikan akses terhadap teknologi reproduksi bagi pria dan wanita muda yang ingin memiliki anak tetapi tidak memiliki pasangan, menurut pernyataan pemerintah.
Pada Maret, pemerintah akan mengumumkan langkah-langkah lain termasuk mendirikan klinik promosi kelahiran di rumah sakit milik pemerintah untuk menawarkan layanan konsultasi dan pengobatan infertilitas, kata Kanika Aunjit, wakil juru bicara pemerintah dalam pernyataannya.

Rumah sakit juga akan meningkatkan layanan seperti inseminasi intrauterin dan fertilisasi in-vitro, katanya.
Thailand berupaya untuk menahan penurunan angka kelahiran dan penyusutan populasi yang terus terjadi, yang mengancam upaya negara Asia Tenggara tersebut untuk memperkuat posisinya sebagai kekuatan manufaktur di wilayah tersebut.
Jumlah bayi baru lahir turun menjadi 485.085 pada 2022, terendah dalam 70 tahun, menurut data resmi.
Populasi Thailand bisa menyusut setengahnya menjadi 33 juta dalam 60 tahun ke depan jika tidak ada tindakan segera yang diambil, menurut kementerian kesehatan.
Hal ini akan mengurangi jumlah populasi pekerja menjadi sekitar 14 juta dari 46 juta saat ini, sehingga menciptakan kekurangan tenaga kerja yang parah, berdampak pada perekonomian, masyarakat dan keamanan negara, katanya.
Meningkatkan angka kelahiran anak akan ditetapkan sebagai agenda nasional pada Maret dan pemerintah juga mempertimbangkan opsi untuk berbagi biaya dan beban dalam membesarkan anak, kata Kanika.
(bbn)