Dari dalam negeri, momentum Pemilihan Umum (Pemilu) tentu akan menjadi perhatian utama pelaku pasar. Hari ini, rakyat Indonesia memilih pemimpin dan para wakil rakyat untuk 5 tahun ke depan.
"Pasar telah menaikkan premi risiko lebih tinggi untuk Indonesia. Kami menyadari potensi sumber ketidakpastian yang berasal dari perselisihan panas terkait hasil pemilu dalam persaingan ketat, putaran kedua pemilu dan pembentukan kabinet setelah presiden baru terpilih," kata Llyod Chan, analis mata uang senior di MUFG Bank, seperti dilansir Bloomberg News.
Faisal Basri, ekonom senior Universitas Indonesia, memperkirakan rupiah bisa melemah cukup dalam tahun ini. Salah satu risiko bagi mata uang Ibu Pertiwi adalah tensi politik domestik yang kemungkinan meninggi.
“Kalau muncul sentimen negatif di dalam negeri, maka rupiah bisa mengarah ke Rp 18.000/US$. Bahaya, karena itu ada risiko macam-macam. Saya tidak suka yang rusuh-rusuh,” tegasnya dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024, pekan lalu.
(aji)