“Menguatnya Bitcoin sepanjang seminggu terakhir salah satunya disebabkan arus keluar (Outflow) yang melambat dari GBTC Grayscale mencatat arus keluar terendahnya sebesar US$51,8 juta yang keluar dari ETF tersebut pada 9 Februari, menandai penurunan 91% dari rekor arus keluar harian sebesar US$620 juta pada 23 Januari,” jelas Panji dalam riset yang diterbitkan.
Secara teknikal, Panji menganalisis, Bitcoin di level saat ini, US$50.000 akan menjadi psikologis support dan jika mampu bertahan di level tersebut ada potensi lanjut reli ke US$52.000. Jika turun ke bawah US$50.000 potensi penurunan ke support terdekat di US$48.000. Diharapkan antisipasi perubahan trend jangka pendek karena pekan ini ada rilis data inflasi AS.
“Sementara, jangka panjang masih akan Bullish melihat berbagai sentimen positif seperti, Bitcoin Halving yang akan terjadi pada April 2024. Bitcoin Halving akan berdampak pada pasokan Bitcoin yang masuk ke pasar. Sebagai gambaran, setelah Halving ketiga di 2020 hanya 900 Bitcoin yang baru ditambang yang masuk ke pasar setiap hari di mana akan segera turun menjadi 450 Bitcoin per hari ketika Bitcoin Halving terjadi pada bulan April,” terang Panji.
Sejumlah Altcoin juga berhasil mencatat kenaikan yang signifikan dalam sepekan ini. Seperti, Kaspa (KAS) melesat 41,91% mendekati level US$0,1417. Stacks (STX) menguat 34,55% bertengger di US$1,99 dan Avalanche (AVAX) bertengger di US$41,24 dengan menguat 20,24% dalam sepekan.
Sentimen Aset Kripto Pekan Ini
Panji Yudha juga menjelaskan, pekan ini, pasar Aset Kripto bersiap menghadapi data penting seperti Consumer Price Index/CPI dan Producer Price Index/PPI, hasil data tersebut berpotensi dapat berdampak pada Bitcoin dan Altcoin.
Pelaku pasar telah menurunkan ekspektasi untuk pemotongan suku bunga acuan pada Maret. Namun, Federal Reserve sedang mempertimbangkan penundaan pemotongan hingga Mei-Juni karena alasan yang tidak terhindarkan. Selain itu, data pada hari Selasa ini akan menjadi krusial dalam membentuk sentimen pasar.
Indeks Harga Konsumen AS dirilis pada Selasa malam nanti dan akan diperkirakan menguat 0,2% pada Januari, konsisten dengan kenaikan Desember. Selain itu, Core CPI, yang mengesampingkan harga pangan dan energi yang fluktuatif, diperkirakan akan naik sebesar 0,3% pada Januari, mencerminkan kenaikan Desember.
Dari tahun ke tahun, IHK diproyeksikan akan naik sebesar 2,9% pada Januari, sedikit lebih rendah dari bulan Desember sebesar 3,4%. Sementara itu, IHK Inti diperkirakan akan meningkat menjadi 3,7% turun dari 3,9% pada Desember.
Di sisi lain, Indeks Harga Produsen AS yang dirilis Jumat (16/2) diprediksi menjadi 0,7% yoy, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,0%. Sementara itu, IHP Inti diperkirakan akan meningkat menjadi 1,60% yoy, turun dari 1,8% pada Desember.
“Menjelang rilis data seputar inflasi atau kebijakan moneter seringkali mempengaruhi pergerakan Aset Kripto. Termasuk data penting minggu ini IHK dan IHP, jika angka nya sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih rendah maka berpotensi akan berdampak positif bagi pasar kripto. Sementara, jika hasilnya diatas ekspektasi pasar maka potensi terjadinya tekanan dalam jangka pendek,” ujar Panji.
Panji menambahkan, pelaku pasar juga menantikan petunjuk terhadap The Fed terkait dengan keputusan pemotongan suku bunga Federal Reserve pada periode Mei–Juni. Dengan harapan pemotongan suku bunga, harga Aset Kripto mungkin mengalami volatilitas yang meningkat akibat dari tren makroekonomi yang berubah.
(fad/wep)