Sementara pada saat yang sama, inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) pada Januari lalu tercatat semakin tinggi mencapai 7,22% year-on-year, dari sebesar 6,73% pada Desember terutama disumbang oleh lonjakan harga beras, bawang merah dan tomat.
Sepanjang tahun lalu, pemerintah telah mengucurkan berbagai macam program bantuan sosial senilai total Rp476 triliun, termasuk subsidi BBM, listrik dan kredit usaha rakyat sebesar Rp130,9 triliun.
Adapun untuk program perlindungan sosial yang diarahkan lebih spesifik membantu kelompok berpendapatan rendah agar daya beli tak makin ambles, pemerintah telah menggelontorkan hampir Rp100 triliun dalam berbagai program bansos.
Antara lain, Program Keluarga Harapan (PKH) yang dibagikan pada 9,9 juta keluarga miskin, memakan biaya Rp28,1 triliun. Lalu, Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino pada 18,6 juta keluarga senilai Rp7,5 triliun.
Ada juga bansos berupa Kartu Sembako untuk 18,7 juta keluarga senilai Rp44,5 triliun dan bantuan pangan bagi 21,3 juta keluarga sebesar Rp7,8 triliun, serta BLT Desa senilai Rp10,4 triliun untuk 2,9 juta keluarga.
Namun, nyatanya, di antara berbagai kelompok pengeluaran (sebagai proksi penghasilan) yang disurvei oleh Bank Indonesia, kelompok terbawah yaitu yang memiliki pengeluaran Rp1 juta hingga Rp2 juta per bulan, keluar sebagai satu-satunya kelompok yang mencatat penurunan keyakinan konsumen. Penurunannya cukup besar mencapai 3,8 poin ke posisi 113,3, masih di level ekspansi. Sedang tingkat keyakinan empat kelompok di atasnya masih meningkat.
Penurunan itu karena kelompok penghasilan terbawah menilai kondisi ekonomi mereka saat ini lebih buruk dibanding enam bulan lalu, ditandai oleh penurunan Indeks Ekonomi Saat Ini yang turun 3,8 poin menjadi 100,9. Kelompok ini juga lebih pesimistis memperkirakan kondisi ekonomi enam bulan ke depan terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen yang turun 3,8 poin juga menjadi 125,6.
Kelompok penghasilan terbawah di Indonesia menilai, kondisi ekonomi mereka saat ini memburuk dengan penurunan penghasilan dibanding enam bulan lalu. Indeks Penghasilan Saat Ini untuk kelompok ekonomi terbawah bahkan sudah terperosok ke level pesimistis, turun 4,6 poin ke level 98,9.
Penghasilan yang lebih buruk itu berbarengan dengan ketersediaan lapangan kerja yang dinilai sempit saat ini. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja untuk kelompok terbawah pada Januari anjlok 7,2 poin ke 101.
Situasi saat ini yang lebih suram membuat kalangan masyarakat Indonesia dengan daya beli terbatas semakin pesimistis menilai kondisi enam bulan ke depan. Ekspektasi penghasilan turun 10,4 poin. Meski masih optimistis akan ada perbaikan perihal ketersediaan lapangan kerja ke depan, akan tetapi keyakinan kelompok ini atas kegiatan usaha enam bulan ke depan menurun.
Dengan kini harga beras makin menanjak naik di tengah kelangkaan pasokan beras di gerai-gerai ritel modern, ada risiko tekanan daya beli akan semakin besar terutama pada kelompok terbawah kendati bansos terus gencar digelontorkan. Harga beras yang sudah naik hingga 14% sepanjang tahun lalu menurut data Badan Pangan Nasional. Sementara catatan Badan Pusat Statistik, lonjakan harga beras tahun lalu menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi 2023 di mana andilnya mencapai 0,53% terhadap inflasi umum.
Kelompok menengah membaik
Di tengah penurunan kondisi dan ekspektasi kelompok terbawah pada Januari, kelompok berpenghasilan menengah dan atas cenderung mencatat perbaikan keyakinan, baik dari ukuran kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi ekonomi ke depan, kendati tidak memperlihatkan lonjakan konsumsi berarti.
Kelompok dengan pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta mencatat kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen tertinggi hingga 5,2 menjadi 133, tertinggi setidaknya sejak 2021 lalu.
Kelompok menengah juga mencatat perbaikan kondisi penghasilan saat ini dibanding enam bulan lalu terindikasi dari kenaikan Indeks Penghasilan Saat ini oleh kelompok pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp5 juta.
Optimisme itu terutama karena kenaikan ketersediaan lapangan kerja di mana indeksnya naik hingga double digit yaitu kelompok berpenghasilan Rp3,1 juta-Rp4 juta (+14,6 poin) dan Rp4,1 juta-Rp5 juta (+10,9).
Keyakinan yang masih besar di kelompok penghasilan menengah menjadi krusial mengingat sumbangan konsumsi kelompok ini pada pertumbuhan ekonomi melampaui 50%.
Melihat proporsi pendapatan, kelompok menengah berdasarkan hasil survei belum memperlihatkan lonjakan konsumsi. Untuk kelompok Rp2,1 juta-Rp3 juta, proporsi pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi bahkan turun -1,4%, diikuti penurunan porsi untuk pembayaran utang -0,2% dan kenaikan tabungan bahkan menurun proporsi 1,6%.
Sementara kelompok Rp3,1 juta-Rp5 juta sama-sama mencatat kenaikan tipis porsi pendapatan untuk konsumsi dan penurunan utang, dengan kenaikan porsi tabungan.
Kelompok teratas dengan pengeluaran di atas Rp5 juta justru mencatat penurunan porsi untuk konsumsi hingga turun -5,1%. Alokasi pendapatan untuk pembayaran utang kelompok atas juga naik 2,5% diikuti kenaikan alokasi untuk tabungan 2,6%.
Hasil Survei Konsumen bulan Januari yang dipublikasikan hari ini menunjukkan perbaikan tingkat keyakinan konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen pada Januari lalu tercatat naik 1,2 poin menjadi 125. Ini menjadi level indeks tertinggi sejak Agustus 2023 lalu.
Indeks terdiri atas dua komponen yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang mengukur kondisi saat ini dibanding enam bulan lalu, dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang mengukur kondisi enam bulan ke depan dibanding kondisi saat ini.
Pada Januari, dua komponen penyusun indeks keyakinan konsumen sama-sama tumbuh positif di mana IKE naik menjadi 115,6 dan IEK naik ke posisi 134,5.
Bila ditelisik lebih jauh, kenaikan IKE karena dua dari tiga komponennya yakni Indeks Penghasilan Saat ini dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, sama-sama mencatat kenaikan. Namun, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama pada Januari lalu tergerus -0,9 poin jadi 112,1.
Di sisi lain, IEK hanya tumbuh tipis 0,6 karena satu dari tiga komponen penyusunnya turun cukup dalam yakni Indeks Ekspektasi Penghasilan. Indeks ini turun hingga 4,9 poin menjadi 134,8, terendah sejak Desember 2022 silam. Sedang dua komponen lain yakni Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha masih tumbuh positf.
(rui/roy)