Gerak harga minyak terkini merupakan imbas ari penurunan produksi minyak mentah dari Irak, produsen terbesar kedua dalam aliansi OPEC+.
Kepatuhan yang lebih baik dari perkiraan oleh OPEC terhadap pemangkasan suplai, berkontribusi pada Morgan Stanley yang menaikkan perkiraan harga Brent menjadi US$82,5 per barel pada kuartal pertama, naik dari US$80.
Menahan harga adalah tanda-tanda kemajuan menuju solusi diplomatik untuk perang. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian pada akhir pekan lalu mendiskusikan kemungkinan pembebasan sandera Israel yang ditangkap oleh Hamas—dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin kelompok-kelompok perlawanan Palestina.
Minyak telah diperdagangkan dalam kisaran sekitar US$10 tahun ini karena risiko-risiko dari konflik di Timur Tengah telah diimbangi sebagian oleh suplai global yang melimpah dan prospek permintaan yang goyah—terutama di China, konsumen terbesar kedua.
Perkiraan permintaan untuk China memiliki risiko penurunan tambahan, tulis analis Goldman Sachs Group Inc dalam sebuah catatan, mengutip lonjakan penjualan kendaraan listrik dan percakapan dengan konsumen lokal.
Para trader minggu ini akan mengamati laporan bulanan dari OPEC dan International Energy Agency (IEA) untuk indikasi lebih lanjut mengenai suplai dan permintaan.
(bbn)