Dian menambahkan, kinerja di sepanjang 2023 tidak terlepas dari upaya perusahaan untuk terus meningkatkan efisiensi di semua lini bisnis secara cermat. Salah satunya, efisiensi pada pengeluaran untuk keperluan penjualan dan pemasaran yang mampu ditekan hingga 6%. Secara keseluruhan, kenaikan OPEX mampu dikendalikan hingga lebih rendah dibanding pertumbuhan pendapatan.
Penurunan beban penjualan dan pemasaran didorong oleh peningkatan penggunaan sarana digital aplikasi MyXL dan AXISnet. Hingga akhir tahun 2023, kedua aplikasi tersebut memiliki total pengguna aktif per bulannya hingga sebanyak 29 juta. Peningkatan jumlah pengguna aktif per bulan myXL dan AXISnet ini hampir dua kali dalam periode dua tahun terakhir.
Meningkatnya penggunaan MyXL dan AXISnet, kata dia, menunjukkan kedua aplikasi tersebut mampu meningkatkan pengalaman pelanggan yang lebih baik, serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap kebutuhan, preferensi serta perilaku pelanggan.
Salah satu kunci pertumbuhan XL Axiata adalah personalisasi penawaran dan layanan. Hasilnya, data net promoter score (NPS) terus meningkat secara signifikan, sehingga mendorong penggunaan layanan dan pada akhirnya juga membantu meningkatkan pendapatan. “Strategi tersebut akan terus diterapkan di sepanjang tahun 2024 ini,” ujarnya.
Posisi keuangan XL Axiata sehat per akhir Desember 2023, utang kotor tercatat di angka Rp 10,11 triliun, dengan utang bersih sebesar Rp9,14 triluin. Rasio gearing net debt to EBITDA (termasuk finance lease) sebesar 2,84x.
XL Axiata juga tidak memiliki utang berdenominasi valuta asing. Sebesar 57% dari pinjaman yang ada memiliki suku bunga tetap (fixed) dan 43% dari pinjaman memiliki suku bunga mengambang (floating). Free cash flow (FCF) berada pada tingkat yang sehat, dengan peningkatan sebesar 69%, menjadi Rp8,72 triliun.
(mfd/lav)