Meski demikian, dia tak menampik bahwa hingga saat ini pemerintah terus melakukan uji coba penerapan secara terbatas, dengan sejumlah catatan.
"Kalau komersialisasi secara masif, dari mana sumber etanolnya? Sumber daya alamnya dari mana? Itu kunci utama kita. Harus sustainable. Harus berkelanjutan dan tidak ganggu yang lain."
Pemerintah sebelumnya memang telah meluncurkan bakal menerapkan bioetanol sejalan dengan tujuan mengurangi penekanan impor BBM, dan juga energi yang lebih ramah lingkungan.
Imbasnya, pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) membuat program Langit Biru. Program ini ditujukan agar perusahaan migas milik negara itu memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dengan research octane number (RON) tinggi agar menghasilkan emisi yang lebih rendah demi menjaga kualitas udara.
Dari program itu, Pertamina sendiri telah meluncurkan BBM Pertamax Green 95, dengan campuran etanol sebanyak 5% atau E5. Selain itu, Pertamina juga belakangan berencana bakal mengganti BBM jenis Pertalite dengan Pertamax Green 92, dengan bauran etanol 7% atau E7.
"Ini kita masih coba secara teknis dan komersial. Jadi masih perlu waktu," ujar Tutuka.
(ibn/wdh)