Arief juga menegaskan bahwa tidak ada spekulan dalam masalah kelangkaan beras premium di ritel modern. Menurutnya, stok beras yang ada – seperti di PIBC– memang belum digelontorkan ke ritel modern karena adanya perbedaan kemasan.
Terkait dengan hal itu, dia mengelaborasi PIBC menjual beras dalam ukuran besar hingga 50 kg, sementara beras di ritel dijual dengan ukuran 5 Kg.
“Tidak ada [spekulan], kan di PIBC banyak 50 kg, kalau di ritel 5 kg,” ujar Arief.
Pun demikian, Arief tidak menampik adanya prediksi defisit produksi beras 2,8 juta ton pada Januari hingga Februari 2024, tetapi memastikan bahwa pemerintah Indonesia telah mengamankan cadangan beras pemerintah (CBP) melalui impor.
Sebagai catatan, pemerintah telah memberikan izin impor beras sebesar 3,5 juta ton pada 2023. Impor sebesar 3 juta ton beras telah direalisasikan pada 2023, tetapi sebanyak 500 ribu ton beras masuk pada 2024 (carryover).
Adapun, penugasan impor beras pada 2024 sebanyak 2 juta ton.
Dengan kata lain, jumlah impor beras pada 2024 mencapai 2,5 juta ton, yang terdiri dari 2 juta ton penugasan pada 2024 dan 500.000 ton yang merupakan bagian dari penugasan impor pada 2023.
(wdh)