"Kami diyakinkan oleh Pak Tik dan Mas Ari bahwa demokrasi merupakan sebuah berkah yang harus kita jaga selalu keberlangsungannya," kata dia.
"Bagaimana tidak? Indonesia telah bertransformasi dari salah satu simbol otoritarianisme terbesar di dunia menjadi salah satu negara demokrasi paling dinamis di Asia," ujarnya.
Menurut Rubiansyah, transisi ditandai oleh beberapa hal, mulai dari penarikan angkatan bersenjata dari politik liberalisasi sistem kepartaian, pemilu yang jurdil, kebebasan berbicara, kebebasan pers, serta hal-hal lainnya.
Semua itu tidaklah mudah dilakukan di negara dengan masyarakat majemuk, yang pada saat itu sedang berjuang untuk pulih dari dampak krisis keuangan. Semuanya itu, kata dia, sangat patut kita syukuri.
"Namun, sayangnya, lebih dari 20 tahun sejak datangnya berkah tersebut, demokrasi Indonesia justru mengalami kemunduran," ungkap Rubiansyah.
"Ada revisi UU KPK, terbitnya UU Ciptakerja, revisi UU ITE, dan lainnya. Justru hari ini, di tengah perhelatan Pemilu 2024, kita menyaksikan demokrasi sedang menuju ambang kematiannya," lanjut dia.
Menurutnya, di bawah Jokowi, rakyat disuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik dan penghancuran pagar-pagar demokrasi yang dilakukan oleh kekuasaan. Para penguasa, kata dia, dengan tidak malu menunjukkan praktik-praktik korup demi langgengnya kekuasaan.
"Konstitusi dibajak untuk melegalkan kepentingan pribadi dan golongannya. Melihat ini semua, rasanya demokrasi Indonesia bukan hanya sekedar mundur atau pun cacat, tetapi sedang sekarat," kata dia.
Melalui segala argumentasi yang dipaparkan tersebut, Rubiansyah mengatakan pihaknya mengimbau Pratikno dan Ari Dwipayana untuk kembali ke koridor demokrasi.
"Hari ini kami berseru bersama: kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Kembalilah ke demokrasi; dan kembalilah mengajarkannya kepada kami, satunya kata dan perbuatan," ujar dia.
Bloomberg Technoz sudah berusaha meminta respons dari Ari Dwipayana dan Pratikno. Namun hingga berita ini diturunkan keduanya belum memberikan respons.
(red)