Kurt Schussler - Bloomberg News
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar keuangan global telah kehilangan US$ 465 miliar atau setara Rp 7.153,08 triliun (kurs Rp 15.382/US$) akibat aksi jual besar-besaran di saham perbankan. Investor melepas kepemilikan saham mereka di saham-saham bank dari New York hingga Jepang menyusul kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB).
Indeks Finansial MSCI Asia Pasifik turun hingga 2,7%, posisi terendah sejak 29 November. Mitsubishi UFJ Financial Group turun hingga 8,3% di Jepang. Sementara Hana Financial Inc di Korea Selatan turun 4,7% dan ANZ Group Holding di Australia sahamnya terbenam 2,8%.
Penurunan terjadi setelah saham-saham bank di Amerika jatuh berguguran, investor mempertanyakan apakah rencana penyelamatan yang ditempuh oleh regulator dan otoritas keuangan di AS bisa mencegah sistem perbankan di negeri itu dari kejatuhan yang lebih luas. Bank-bank di Asia dinilai lebih kalis dari risiko langsung kejatuhan SVB di Amerika.

Kapitalisasi pasar gabungan dari MSCI World Financial Index dan MSCI EM Financial Index telah turun US$ 465 miliar dalam tiga hari saja.
Sebagian besar bank-bank di Asia utara memiliki risiko minimal dari aksi penarikan simpanan tiba-tiba yang telah melumpuhkan SVB. Itu karena nilai simpanan yang kuat, campuran aset dan likuiditas, menurut catatan analis Bloomberg Intelligence Francis Chan, seperti dikutip Bloomberg News, Selasa (14/3/2023).
“Bank-bank yang lebih kecil mungkin menghadapi risiko likuiditas dan risiko kredit yang bisa dengan mudah diabaikan,” katanya.
Masih ada kekhawatiran bahwa perusahaan keuangan akan melihat dampak lebih besar dari nilai investasi besar mereka di obligasi dan instrumen finansial lain di tengah gejolak yang dipicu oleh kejatuhan SVB. Imbal hasil US Treasury dua tahun mengalami penurunan terbesar sejak awal 1980-an pada Senin (13/3/2023) di tengah ekspektasi Fed akan menahan kenaikan bunga menyusul gejolak baru-baru ini di sistem perbankan.
“Kita perlu mengkaji kemungkinan perekonomian AS akan hard landing dan The Fed akan berbalik arah kebijakan bunganya,” kata Michael Makdad, analis di Morningstar Inc. “Bila hal-hal itu tidak terjadi, apa yang terjadi hari ini di Jepang di mana saham keuangan jatuh, terlihat sebagai hal yang berlebihan di mata saya.”
(bbn/rui)