Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Bursa Saham pada perdagangan pekan lalu ditutup di level tertinggi usai terus mencetak kenaikan selama lima minggu berturut-turut, setelah Pemerintah AS menerbitkan data yang mengkonfirmasi adanya kemajuan pada data inflasi. Ini memberikan ketenangan kepada pelaku pasar.
Peningkatan optimisme investor datang dari keyakinan bahwa Bank Sentral Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan tahun ini. Penurunan suku bunga akan mendongkrak laba korporasi karena berkurangnya berbagai beban. Kini terlihat semakin yakin penurunan bunga acuan akan dimulai Mei nanti dengan probabilitas mencapai 69,8%.
Sementara itu, pelaku pasar tengah menantikan data-data selanjutnya di pekan ini, seperti inflasi Indeks Harga Konsumen untuk Januari pada Selasa, dilanjutkan data penjualan ritel pada Kamis dan inflasi harga produsen pada Jumat.
Denyut inflasi AS kemungkinan terus melambat pada awal tahun ini. Hal ini membantu mendorong ekspektasi bahwa Bank Sentral Federal Reserve akan melakukan pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Dari regional, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, langkah penyelamatan yang sudah diluncurkan oleh Pemerintah China masih bersifat tambal-sulam, termasuk pembatasan perdagangan bagi investor tertentu seperti Dana Lindung Nilai (Hedge Funds) yang melakukan perdagangan saham menggunakan metode Quantitative dan juga arahan bagi perusahaan perantara efek atau perusahaan sekuritas dalam menyesuaikan level Margin Call.
Sebelumnya, ada upaya untuk membatasi praktik Short-Selling dan komitmen investor yang didukung oleh Pemerintah seperti Dana Kekayaan Negara (Sovereign Wealth Fund) untuk menambah porsi saham dalam portofolio investasi mereka.
“Perhatian investor sekarang tertuju pada rencana pertemuan antara Presiden Xi Jinping dengan berbagai regulator sektor finansial,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sementara itu, Indeks Harga Konsumen negara tersebut mengalami penurunan tercepat sejak krisis keuangan global. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia keluar dari tekanan deflasi yang terus-menerus.
Menurut Biro Statistik Nasional, IHK melemah 0,8% pada Januari dibandingkan tahun lalu. Angka tersebut lebih rendah daripada perkiraan para ekonom yang memperkirakan tekanan 0,5%. Sementara Indeks Harga Produsen melemah 2,5%, dibandingkan dengan perkiraan tekanan 2,6%. Dengan demikian, biaya di tingkat pabrik telah mengalami deflasi selama 16 bulan berturut-turut.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia melaporkan Cadangan Devisa (CADEV) untuk Januari sebesar US$ 145,1 miliar. Turun US$ 1,3 miliar atau 0,89% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Posisi Cadangan Devisa Indonesia pada Januari 2024 tetap tinggi sebesar US$ 145,1 miliar, meski menurun dibandingkan dengan posisi pada Desember 2023 sebesar US$ 146,4 miliar," sebut keterangan BI.
Penurunan CADEV tersebut, lanjut laporan BI, antara lain dipengaruhi jatuh tempo pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Adapun Bank Indonesia menilai CADEV tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,17% ke 7.235 disertai dengan munculnya volume penjualan, namun posisi IHSG masih mampu berada di atas MA-20 dan sempat menembus resistance terdekatnya.
“Pada skenario hitam, posisi IHSG saat ini sedang berada di akhir wave b dari wave (ii), sehingga pergerakannya masih rawan untuk terkoreksi dengan area koreksi terdekat diperkirakan berada di 7.192-7.214,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (12/2/2024).
Herditya juga memberikan catatan, namun, apabila IHSG masih mampu berada di atas 7.099, maka IHSG berpeluang kembali menguat membentuk skenario merah untuk menguji 7.420-7.500.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AGII, ARTO, BREN, dan UNTR.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi diperkirakan bergerak fluktuatif dalam rentang 7.175-7.330 di awal pekan Senin ini. Efek positif dari tiga indeks utama Wall Street yang membukukan penguatan mingguan kelima berturut-turut pada perdagangan Jumat (9/2). Pasar masih terus merespon komentar dari petinggi The Fed dan kinerja keuangan Q4-2023.
“Pekan ini akan menjadi pekan yang sibuk dengan rilis data ekonomi. AS dijadwalkan rilis data inflasi dan penjualan ritel, Inggris dijadwalkan rilis data pengangguran dan Inflasi, data indeks sentimen ekonomi di Eropa juga dijadwalkan rilis tengah pekan ini, Euro Area dan Jepang akan merilis data pertumbuhan ekonomi Q4-2023 di pekan ini,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ASII, ISAT, BRIS, JSMR, PWON dan MEDC.
(fad)