Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg memperkirakan, inflasi AS pada Januari diperkirakan menyentuh 2,9% year-on-year, menurun tajam dari Desember di angka 3,4%. Sementara inflasi inti pada Januari diprediksi di angka 3,7% dari tadinya di 3,9%. Inflasi AS yang semakin mendekati target 2% akan memberi ruang lebih leluasa bagi The Fed untuk memulai penurunan bunga. Itu akan menjadi momen pivotal yang akan menggerakkan antusiasme pasar.
Rupiah akan terdampak positif dari sentimen global tersebut walaupun masih akan dominan disetir oleh kepastian hasil Pemilu dan Pilpres 14 Februari nanti.
Dari kacamata analisis teknikal, rupiah hari ini berpotensi melanjutkan tren penguatan setelah pekan lalu ditutup di Rp15.635/US$, dan hari ini bisa menuju Rp15.605-Rp15.570/US$. Level resistance selanjutnya berpotensi terus dan lanjut menguat ke Rp15.540/US$ di kisaran MA-50 dan MA-100.
Dalam jangka menengah, rupiah berhasil membentuk tren pembalikan arah, serta ada di trendline channel yang berpotensi menuju Rp15.510/US$, tercermin dari time frame daily dan menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.
Apabila rupiah memberikan indikasi pelemahan, support terdekat dapat menuju Rp15.680/US$, sementara kisaran gerak rupiah dalam support di antara Rp15.720-Rp15.750/US$.
(rui)