Logo Bloomberg Technoz

S&P 500 menguat 14 pekan dari 15 pekan terakhir. Sesuatu yang belum pernah terjadi selama 50 tahun belakangan. 

“S&P 500 adalah barometer terbaik untuk mengukur keyakinan perusahaan di AS. Arah S&P 500 akan mencerminkan apakah ekonomi akan meningkat atau turun,” kata George Ball, Chairman Sanders Morris, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Indeks S&P 500 (Sumber: Bloomberg)

Peningkatan optimisme investor datang dari keyakinan bahwa bank sentral Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan tahun ini. Penurunan suku bunga akan mendongkrak laba korporasi karena berkurangnya berbagai beban.

Mengutip riset Bloomberg Intelligence, emiten di Wall Street pada kuartal IV-2023 rata-rata membukukan kenaikan laba bersih 6,5% dari tahun sebelumnya. Ini menjadi yang tertinggi sejak pertengahan 2022.

Tidak hanya di bursa saham, harapan penurunan suku bunga acuan juga menjadi kabar gembira bagi emas. Sebab, emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas kurang menguntungkan saat suku bunga naik.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sejatinya masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 47,66. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.

Sementara indikator Stochastic RSI ada di 23,95. Belum menyentuh level oversold, sehingga masih ada risiko aksi jual.

Meski demikian, ruang kenaikan harga emas masih terbuka. Target resisten terdekat adalah US$ 2.028/ons. Jika tertembus, maka target berikutnya ada di kisaran US$ 2.030-2.034/ons.

Sedangkan target support terdekat ada di US$ 2.019/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun lagi ke rentang US$ 2.015-2.013/ons.

(aji)

No more pages