Sekadar catatan, defisit merupakan kondisi di mana jumlah produksi pada bulan tersebut tidak mencukupi kebutuhan konsumsi pada bulan yang sama.
Rencana Impor
Kondisi tersebut pada akhirnya membuat Bapanas mempersiapkan stok dari jauh-jauh hari, melalui sistem peringatan dini (early warning system). Salah satu keputusan yang diambil untuk menjaga stok nasional adalah melalui mekanisme impor untuk cadangan beras pemerintah (CBP).
Keputusan impor, kata Arief, memang mengundang sentimen negatif. Namun, dia menegaskan kebijakan tersebut terpaksa ditempuh lantaran defisit beras memang sudah terjadi sejak Juli 2023, sehingga bukan merupakan keputusan serta-merta.
“[Selama] 8 bulan berturut-turut [terjadi defisit], walaupun beberapa bulan sebelumnya positif. Bayangkan kalau 2023 tidak ada impor yang masuk,” ujar Arief.
Pada 2023, Pemerintah telah memberikan izin penugasan impor beras sebesar 3,5 juta ton. Impor sebanyak 3 juta ton beras telah direalisasikan pada tahun lalu, tetapi sebanyak 500.000 ton beras baru akan masuk pada 2024 (carryover). Adapun, penugasan impor baru untuk beras pada 2024 dialokasikan sebanyak 2 juta ton.
Dengan kata lain, jumlah impor beras pada 2024 mencapai 2,5 juta ton, yang terdiri dari 2 juta ton penugasan pada 2024 dan 500.000 ton yang merupakan bagian dari carryover penugasan impor 2023.
Proyeksi Panen Raya
Lebih lanjut, Arief mengelaborasi periode panen raya pada 2024 diprediksi mengalami kemunduran dan tidak terjadi pada Maret 2024. Penyebabnya, Indonesia sudah bisa disebut mengalami panen raya bila pada 3 bulan sebelumnya luas tanam padi yang dikerjakan lebih dari 2 juta hektare (ha), dengan anggapan berhasil dan panen rata-rata di atas 5,25 ton per ha.
“Jadi [panen raya itu kalau produksi] di atas 5 juta ton setara beras,” ujar Arief.
Kendati demikian, produksi beras pada Maret 2024 diprediksi mencapai 3,51 juta ton atau berada di atas kebutuhan konsumsi yang mencapai 2,54 juta ton. Artinya, produksi beras pada Maret 2024 berpeluang mengalami surplus sebesar 0,97 ton.
Dalam rangka persiapan pengamanan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), Arief melanjutkan, pemerintah juga telah menyalurkan atau mengalokasikan beras komersial Perum Bulog sebanyak 200.000 ton ke penggilingan padi hingga Maret 2024.
Dalam kaitan itu, penggilingan padi bakal mendistribusikan dan menjual beras komersial milik Perum Bulog (Persero) sebanyak 200.000 ton pada 2024.
Hal ini dilakukan karena penggilingan padi tidak memiliki pasok gabah kering panen (GKP) yang cukup untuk diproduksi. Upaya ini, kata Arief, juga telah dilakukan sejak akhir 2023 dan bakal berlanjut hingga Maret 2024.
“[Untuk] mempercepat distribusi beras komersial Bulog ke masyarakat dengan dibeli dan didistribusikan oleh penggilingan padi nasional, pada 2024 kami lakukan [strategi] yang sama, [dengan menyalurkan] 200.000 ton ke penggilingan padi sampai dengan Maret 2024,” pungkasnya.
*) Catatan redaksi: Berita ini telah mengalami perubahan judul dan isi naskah – dari judul awal ‘Kelangkaan Beras, Bapanas Klaim Kekurangan Stok 2,4 Juta Ton’– seiring dengan penjelasan lebih lanjut dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) terkait dengan data neraca perberasan Indonesia periode Januari—Februari 2024.
(fik/ain)