Kunjungan Xi akan terjadi di tengah perselisihan China dan Amerika Serikat (AS) dalam berbagai masalah, termasuk invasi Rusia ke Ukraina. Washington telah memperingatkan Beijing agar tidak memberikan bantuan yang mematikan ke Moskow, sesuatu yang sejauh ini dibantah China.
Meskipun Xi pekan lalu menuduh AS berusaha mengepung dan menahan China, Perdana Menteri China yang baru Li Qiang pada Senin (13/03/2023) tampak membuka pintu untuk melanjutkan pembicaraan antara Washington dan Beijing.
Xi diperkirakan akan segera berbicara dengan Presiden AS Joe Biden untuk mengembalikan hubungan mereka setelah ketegangan atas dugaan balon mata-mata China yang menggagalkan momentum positif setelah pertemuan kedua petinggi negara tersebut pada November lalu di KTT G-20 Bali.
Beijing bulan lalu merilis sebuah proposal untuk perdamaian di Ukraina, upaya diplomatiknya yang paling ambisius dalam konflik tersebu. Namun, proposal tersebut ditolak karena dianggap sepihak oleh pemerintah di Kyiv, serta AS dan Eropa.
Sementara Rusia menyambut inisiatif tersebut, yang datang beberapa hari setelah Putin menjamu penasihat negara China Wang Yi di Kremlin.
Akhir pekan lalu, China berhasil mencapai kemenangan diplomatik besar dengan membantu memfasilitasi kesepakatan oleh Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik.
Pada pertemuan para menteri luar negeri negara-negara G-20 di New Delhi pada awal Maret, Rusia dan China menolak kata-kata soal perang yang telah disepakati pada KTT para pemimpin negara di Indonesia kurang dari enam bulan sebelumnya.
(bbn)