Belakangan, CNGR dikabarkan sedang mempertimbangkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) untuk aset-asetnya di Indonesia.
Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, IPO akan dilakukan secepatnya pada akhir 2024. Perusahaan menargetkan setidaknya US$300 juta-US$500 juta atau sekitar Rp4,6 triliun-Rp7,67 triliun dalam IPO tersebut.
Sumber mengatakan, CNGR sedang dalam proses mempersiapkan unitnya di Indonesia untuk pencatatan saham. Unit tersebut mencakup aset smelternya di dalam negeri.
CNGR memiliki dua lini produksi nikel matte dengan kapasitas tahunan gabungan sebesar 27,5 kilo ton. Perusahaan ini meluncurkan lini produksi nikel matte di Morowali Industrial Park pada bulan Oktober tahun lalu, dan membuka fasilitas kedua di Weda Bay pada Januari.
Selain CNGR, Ford Motor Co turut gabung dalam hal itu, dengan resmi menggenggam 8,5% saham anak usaha PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI), dengan menyuntik modal Rp88,71 miliar.
Dengan demikian, produsen mobil AS tersebut bergabung dengan Vale Indonesia dan Zhejiang Huayou Cobalt sebagai investor dalam proyek pembuatan 120.000 ton prekursor therner, sebuah bahan kimia dari nikel untuk baterai kendaraan listrik setiap tahunnya.
Pabrik Vale di Pomalaa diharapkan mulai produksi secara komersial pada 2026. Pabrik ini bernilai investasi sebesar US$4,5 miliar (sekitar Rp69,71 triliun asumsi kurs saat ini).
Pomalaa adalah proyek yang telah lama tertunda, dan merupakan contoh upaya sebelumnya dalam menggunakan teknologi “pelindian asam bertekanan tinggi”, atau High Pressure Acid Leaching (HPAL), untuk membuat bahan kimia nikel dari bijih kadar rendah.
(ibn/wep)