Menurut Lee Hang-Koo, kepala Jeonbuk Institute of Automotive Convergence Technology, kebanyakan pengguna awal telah membeli mobil listrik. Sementara konsumen pasar massal belum berminat untuk membeli saat ini. Popularitas Tesla juga terpengaruh oleh kaitannya dengan China.
"Sebagian besar orang Korea yang ingin membeli mobil Tesla sudah membelinya," kata Lee. "Belakangan ini, sebagian orang tidak menyukai Tesla karena mengetahui beberapa di antaranya dibuat di China," dengan konsumen khawatir tentang kualitas produksinya, katanya.
Penjualan mobil listrik di Korea Selatan juga dipengaruhi oleh fluktuasi permintaan musiman yang besar. Menurut Lee, banyak orang menghindari membeli kendaraan pada bulan Januari karena mereka ingin menunggu pengumuman subsidi pemerintah.
Dalam pernyataannya kepada Bloomberg News, juru bicara Tesla di Korea mengatakan konsumen menunda pembelian mobil listrik sebelum kepastian subsidi keluar.
Tesla juga menghadapi hambatan lainnya di Korea Selatan. Pada Juli 2023, perusahaan menetapkan harga jual Model Y buatan China sebesar 56.990.000 won (Rp671 juta). Membuatnya berada di bawah ambang batas 57 juta won yang memungkinkan mobil tersebut memenuhi syarat untuk subsidi penuh pemerintah.
Dalam rencana untuk tahun 2024, yang diumumkan pada hari Selasa, batas tersebut telah diturunkan menjadi 55 juta won. Sehingga subsidi untuk Tesla Model Y berkurang setengahnya.
(bbn)