Faktor kedua, lanjut Destry, adalah fakta bahwa ekonomi gobal melambat. Selain itu, terjadi pula fragmentasi atau perbedaan.
"Amerika bisa tumbuh lebih baik dari neara-negara maju lainnya, sementara Eropa sangat berat. Di Asia, India tumbuh solid tetapi Tiongkok mulai agak mereda karena ada permasalahan properti dan sebagainya. Pertumbuhan ekonomi 2024 akan trending down untuk global," terang Destry.
Faktor ketiga, demikian Destry, adalah proses disinflasi yang terjadi secara gradual. Inflasi, terutama di negara-negara maju, memang menurun tetapi lajunya sangat lambat.
"Sehingga kita menghadapi environment yang higher for longer. Suku bunga global, kita lihat misalnya Fed Funds Rate, kami perkirakan baru semester II akan turun. Mereka masih pertahankan suku bunga tinggi," tuturnya.
Perkembangan tersebut, tambah Destry, akan membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) naik. "Untuk tenor 10 tahun sempat turun ke 3%. Namun kemudian karena ada uncertainty yang meningkat, naik lagi sekarang kembali di atas 4%," sebutnya.
(aji)