Untuk mencapai target kredit tersebut, lanjutnya, Bank BRI telah menyiapkan empat strategi, dua diantaranya adalah memperkuat kapabilitas retail banking dengan fokus pada pertumbuhan dana murah (CASA) yang berkelanjutan sehingga dapat menjaga cost of fund perusahaan dan mengakselerasi sumber-sumber pertumbuhan baru termasuk potensi ultra mikro.
“Ketiga, memperkuat sinergi dengan perusahaan anak karena dari sini akan ada diversifikasi pendapatan. Terakhir, untuk memperkuat BRI untuk menerapkan value beyond profit melalui komitmen terhadap implementasi ESG,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Direktur Utama BRI, Sunarso mengungkapkan perusahaan memiliki kecukupan modal untuk tumbuh secara berkelanjutan di tahun ini, terutama dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,1%.
"Tinggal sekarang mencari likuiditas di pasar karena ini sangat dinamis mengikuti hal-hal terkait kondisi makro, seperti pengendalian inflasi dan lain-lain itu. Kebijakan dalam rangka mengendalikan inflasi akan berpengaruh terhadap likuiditas sehingga memang ada tantangan," lanjut Sunarso.
Selain itu, Sunarso juga mempertimbangkan tren kenaikan suku bunga dan telah mempersiapkan empat skenario terkait hal tersebut.
Pertama, jika kondisi ekonomi pulih, inflasi naik, dan kualitas pinjaman memburuk, maka BRI akan monitor kualitas pinjaman secara intensif. Pihaknya juga akan mempertahankan coverage ratio yang tinggi, serta melakukan pertumbuhan secara selektif melalui peningkatan model risiko kredit, penetapan loan portfolio guideline moderat, serta optimalisasi right off.
"Kedua, kalau ternyata kondisi ekonomi mulai pulih dan inflasi terkendali, serta kualitas kredit membaik. Ini yang paling optimal yang kita harapkan terjadi. Kalau begini, loan portofolio guideline-nya kita kendorkan sebagai pedoman bahwa kita akan tumbuh secara agresif," kata Sunarso.
Ia mengungkapkan, dalam kondisi tersebut BRI akan menurunkan coverage ratio dan menerapkan risk-based pricing sehingga nasabah dengan risiko rendah akan boleh ambil kredit dengan bunga murah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk. Selain itu, Bank BRI juga akan melakukan optimalisasi right off untuk meningkatkan recovery rate.
“Alternatif berikutnya, jika ekonomi stagnan tapi inflasi terkendali dan kualitas pinjaman membaik. Kita harus tumbuh secara selektif. Loan portfolio guideline diatur moderat dan kita tetap harus mempertahankan coverage ratio yang tinggi. Kita atur monitoring secara ketat dan kita buat simulasi secara periodik, serta melakukan stress test,” jelasnya.
Skenario keempat, kata Sunarso, jika ekonomi stagnan, inflasi naik, dan kualitas kredit memburuk, maka Bank BRI harus tetap bisa tumbuh meski dihadapkan pada pengetatan loan portfolio guideline.
Pihaknya juga akan mempertahankan coverage ratio yang tinggi untuk antisipasi saat terjadi perburukan portofolio. Selain itu Bank BRI akan mengintensifkan monitoring kualitas pinjaman dan stress test.
"Strategi ini adalah bagian dari menjaga kualitas growth dengan mempersiapkan antisipasi terhadap segala kemungkinan. Kita mengelola bank ini dengan sangat hati-hati karena bank ini sangat besar," tutupnya.
(tar/wep)