Data ketenagakerjaan yang dirilis akhir pekan lalu juga sangat kuat. Pada Januari, perekonomian AS menciptakan 353.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 333.0000 jauh jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan perkiraan 180.000.
Non-farm payroll 353.000 juga menjadi yang tertinggi dalam setahun terakhir.
Data ini menunjukkan bahwa perekonomian AS masih ‘panas’. Pasar tenaga kerja masih saja ekspansif meski suku bunga acuan sudah naik ke level tertinggi dalam 22 tahun.
Oleh karena itu, makin sulit untuk berharap bank sentral Federal Reserve bisa menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Hal itu kembali dipertegas oleh para pejabat The Fed.
Loretta Mester, Gubernur The Fed Cleveland, menyebut bahwa bank sentral mungkin akan lebih nyaman menurunkan suku bunga acuan sekitar akhir tahun ini jika ekonomi bergerak sesuai ekspektasi. Mester menegaskan The Fed tidak perlu tergesa-gesa.
"Adalah salah jika menurunkan suku bunga acuan terlalu awal atau terlalu cepat tanpa bukti yang memadai, yaitu inflasi yang secara berkelanjutan mengarah ke target 2%. Jika ekonomi bergerak sesuai perkiraan, maka saya rasa kami baru akan mendapatkan keyakinan pada akhir tahun ini dan setelah itu baru menurunkan suku bunga," jelas Mester, seperti diwartakan Bloomberg News.
Sementara Gubernur The Fed Minneapolis Neel Kashkari menyatakan inflasi memang bergerak turun. Namun belum cukup cepat untuk mencapai target 2%.
"Kami belum sampai ke sana, tetapi sudah banyak kemajuan terkait inflasi. Kami sudah 'menginjak rem' tetapi pasokan masih kencang," tutur Kahkari, juga dikutip dari Bloomberg News.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memiliki emas tidak memberikan bunga atau kupon secara rutin, potensi keuntungan hanya datang dalam penjualan.
Jadi, emas bukan aset yang menarik saat suku bunga masih tinggi. Memiliki emas justru akan mendatangkan opportunity cost, bukan keuntungan.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sejatinya sedang bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 51,2. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 48,86. Bisa dibilang berada di zona netral, masih jauh dari jenuh beli (overbought) maupun jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, harga emas masih berpeluang naik meski dalam rentang sempit. Target resisten terdekat adalah US$ 2.038/ons. Jika tertembus, maka US$ 2.043/ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.033/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun ke US$ 2.023/ons.
(aji)