Pasalnya, bila mahasiswa menyewa apartemen di pasar swasta, mereka juga harus siap membayar biaya non-sewa mereka sendiri langsung kepada penyedia layanan. Mulai dari listrik hingga pajak. Alhasil, hal itu membuat penyewa rentan terhadap kenaikan listrik atau pajak. Duncan Garrood, kepala eksekutif pengembang Empiric Student Property, mengungkapkan, saat ini ia menerima pemesanan unit PBSA sampai hampir 100%.
Akan tetapi, lonjakan permintaan terhadap akomodasi PBSA berarti makin meningkat pula persaingan mahasiswa dalam mendapatkan kamar. Analisis Knight Frank melihat, akan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa hingga 16% sampai 2030 nanti setara dengan 263.000 mahasiswa.
Sementara itu, pasokan baru masih belum bisa mengimbangi dengan jumlah unit sebanyak 25.700 kamar untuk tahun akademik 2023. Pembangunan unit baru yang tersendat itu tak lain juga karena lonjakan biaya bangunan yang membuat proposal pembangunan harus disusun ulang.
Sisi terangnya, ketidakimbangan antara pasokan kamar dan jumlah mahasiswa yang membutuhkan tempat tinggal, ditambah proyeksi pertumbuhan harga sewa sebesar 5% pada 2023, diprediksi akan mengungkit lebih banyak lagi investasi di sektor properti mahasiswa ini dibandingkan sektor properti lain.
(rui/bbn)