Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) yang jatuh 10%, PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX) ambruk 9,8%, dan PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) anjlok 9,1%.
Pada sore hari Ini, Shenzhen Comp. (China) memimpin penguatan dengan kenaikan mencapai 5,14%, Hang Seng (Hong Kong) menguat 4,04%, Indeks CSI 300 (China) terbang 3,48%, Shanghai Composite (China) terbang 3,22%, SETI (Thailand) menguat 0,98%, PSEI (Filipina) mencetak kenaikan 0,4%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) yang melonjak 0,2%, Weighted Index (Taiwan) meningkat 0,2%, dan indeks KLCI (Malaysia) terapresiasi 0,11%.
Adapun di sisi yang berseberangan, Topix (Jepang) melemah 0,68%, Kospi (Korea Selatan) merah 0,58%, Nikkei 225 (Tokyo) yang turun 0,53%, dan Straits Time (Singapura) turun 0,27%.
Menguatnya sejumlah indeks utama Bursa Saham Asia, terutama saham-saham China dipicu oleh optimisme para trader melihat otoritas Pemerintah China mengeluarkan serangkaian pengumuman dukungan guna mendongkrak keyakinan pasar keuangan. Termasuk janji dari Central Huijin Investment Ltd., unit yang memegang saham Pemerintah China di lembaga keuangan besar, untuk membeli lebih banyak Exchange-Traded Fund (ETF) untuk menjaga kelancaran operasi pasar modal.
Komisi Regulasi Sekuritas Pemerintah (China Securities Regulatory Commission/CSRC) dalam komentar lanjutannya menyatakan akan berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan stabilitas operasi pasar.
Presiden China, Xi Jinping, menunjukkan tanda-tanda semakin terlibat dalam kebijakan keuangan dan ekonomi negara. Termasuk kunjungan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Bank Sentral pada tahun lalu.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan, dalam beberapa bulan belakangan otoritas telah bekerja keras sepanjang waktu untuk menyusun langkah-langkah penyelamatan pasar. CSRC telah bekerja semaksimal mungkin, dan Administrasi Regulasi Keuangan Nasional telah mengadakan setidaknya selusin pertemuan selama dua bulan terakhir guna menstabilkan pasar modal.
Berseberangan dengan indeks regional dan IHSG, dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street finish di zona merah, tertekan oleh sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang terus menunjukkan hasil yang kuat. Menggarisbawahi, Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum akan beralih ke pelonggaran moneter. Terlebih mundurnya pemangkasan di bulan Maret nanti.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah mencapai 0,71%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite turun dengan masing-masing 0,32 dan 0,2%.
Data perekonomian terbaru dari negeri Paman Sam yang makin mencerminkan kekuatan adalah, indeks jasa yang diterbitkan oleh Institute for Supply Management’s mencapai titik tertinggi dalam empat bulan.
Adapun rilis data yang dilansir oleh Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan indeks sektor jasa ISM Amerika pada Januari lompat ke 53,4, dari sebelumnya 50,6 pada Desember.
Angka ISM menunjukkan ekspansi semakin kuat di perekonomian dan jauh di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan angkanya 52.
Kabar tersebut mengejutkan pasar ketika investor sudah mencerna sikap kehati-hatian dari beberapa perwakilan The Fed, termasuk Jerome Powell. Namun demikian, mereka berupaya mengatur ulang ekspektasi mengenai seberapa cepat pemangkasan suku bunga tahun ini.
Indikator Fed swap hampir menghilangkan peluang penurunan suku bunga acuan FFR di bulan Maret, dan kemungkinan penurunan suku bunga pada Mei juga sudah mulai melandai. Untuk ekspektasi penurunan pada Juni probabilitas yang ada berkisar 47,2%.
(fad/wep)