Sebagai catatan, KAI Commuter melakukan komunikasi dengan J-TREC selaku produsen KRL Jepang, Wojin dan Dawkonsys selaku produsen KRL Korea Selatan dan CRRC Cifang Qindao selaku produsen China yang memproduksi WHOOSH.
“Kami juga sangat berhubungan baik dengan 3 negara ini. Saat ini dengan Jepang masih kerja sama karena mayoritas rangkaian kereta [trainset] dari Jepang dan masih ada kerja sama jangka panjang pengadaan suku cadang atau LTPA, hospitality training juga dengan Jepang,” ujarnya.
Selain Jepang, lanjut Anne, KAI Commuter juga menjalin hubungan yang baik dengan China, Korea Selatan dan Eropa. Dengan demikian, Anne kembali membantah tudingan ancaman yang diberikan China.
“Bukan masalah negara yang mana, tetapi bagaimana bisa memenuhi sarana dan bisa melakukan transfer knowledge dan kami bekerja sama dengan berbagai hal baik suku cadang, pengadaan sarana, sumber daya manusia dan lainnya,” ujar Anne.
Paling Kompetitif
Selanjutnya, Anne kembali menegaskan bahwa produk KRL China merupakan yang paling kompetitif dibandingkan dengan pabrikan lain. Selain itu, spesifikasi tiga rangkaian sarana KRL dengan Seri KCI-SFC120-V sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Sebab, manufaktur asal China bakal membuat KRL yang disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia, berbeda dengan manufaktur lainnya.
“Spesifikasi teknis berupa ruang bebas, prasarana ukuran rel, pendingin ruangan atau air conditioner [AC], adalah hal-hal yang harus dipastikan karena parasana dengan LRT Jabodebek aja sudah beda. Lebar rel udah beda. Hal-hal seperti itu sudah ditentukan DJKA karena yang membangun prasarana dari Kemenhub melalui DJKA jadi harus menyesuaikan,” ujarnya.
“Selain itu, manufaktur Korea Selatan mayoritas menggunakan alumunium, tetapi spesifikasi kita stainless steel, [sehingga tidak sesuai].”
Terakhir, produk dari China memiliki ketepatan waktu yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Anne mengatakan, KRL dari Jepang bakal tiba di Indonesia pada 2025.
Pada tahap pertama, produk impor bakal tiba 13,5 bulan setelah penandatanganan pada Januari 2024. Dengan demikian, produk impor bakal tiba sekitar Februari 2025.
Produk impor KRL bakal datang bertahap dan paling lambat tiba seluruhnya di Indonesia adalah 15 bulan pascapenandatanganan atau pada April 2025.
“Setelah itu, ada proses sertifikasi di DJKA, 4 ribu kilometer harus bisa melayani tanpa penumpang dan tidak ada masalah dan baru boleh naik penumpang,” pungkasnya.
(dov/wdh)