Logo Bloomberg Technoz

Ketika harga turun, pertambangan di seluruh dunia berisiko ditutup, dan beberapa di antaranya mencari dana talangan dari negara atau akan bangkrut. BHP, misalnya, kini sedang mempertimbangkan masa depan tambang Nickel West andalannya di Australia.

Proyeksi Jangka Menengah

Karena pasokan logam baterai utama di Indonesia terus meningkat, pasar diperkirakan tetap mengalami surplus selama sisa dekade ini, sehingga mendorong harga makin turun, menurut analis BloombergNEF, Allan Ray Restauro.

Dia tidak memperkirakan penutupan tambang di luar Indonesia akan berdampak langsung terhadap harga secara signifikan, karena aset-aset tersebut sejauh ini mewakili kurang dari 2% kapasitas global.

Meski begitu, pengurangan produksi yang diumumkan sejauh ini setara dengan sekitar 30% dari perkiraan surplus 200.000 ton untuk tahun ini, analis di Morgan Stanley mengatakan dalam sebuah catatan.

Bank Dunia melihat sebanyak 253.000 ton kapasitas pertambangan nikel berada dalam risiko, dan mengatakan bahwa produsen nickel pig iron yang tidak terintegrasi di China dan Indonesia juga perlu mengurangi produksinya.

“Penurunan harga nikel sebesar 45% pada 2023 mulai mendorong pembatasan pasokan, menunjukkan bahwa harga hampir mencapai titik terendah,” tulis analis  Bank Dunia.

“Namun, latar belakang permintaan yang lebih kuat akan diperlukan agar kenaikan harga lebih bermakna.”

Sebuah truk di tambang nikel terbuka Tim King Pit Wilayah Barat NL di Spotted Quoll, di Forrestania, Australia Barat./Bloomberg-Ron D'Raine

Untuk diketahui, berbagai raksasa pertambangan global belakangan kompak menutup operasi tambang nikel di sejumlah negara, selain Indonesia. Fenomena ini diharapkan dapat memulihkan harga komoditas itu, setelah terjerembap cukup dalam sepanjang tahun lalu sebagai imbas pasokan yang berlebih.

Fenonema penutupan tambang nikel milik penambang-penambang top global seperti BHP Group, Panoramic Resources Ltd, IGO Ltd, Wyloo Metals Pty Ltd, dan First Quantum Minerals Ltd diharapkan dapat menyeimbangkan suplai dan permintaan nikel setelah harganya terjun bebas lebih dari 43% setahun terakhir. 

"Dengan penutupan tambang tersebut akan terjadi keseimbangan baru. Suplai akan berkurang, sehingga harga akan meningkat kembali," ujar Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli, Selasa (6/2/2024).

Rizal berpendapat tren penyetopan operasi tambang nikel di beberapa negara sejatinya merupakan strategi para perusahaan dalam mempertahankan proses bisnisnya.

Ketika harga nikel sedang jatuh, kata Rizal, wajar saja perusahaan mengambil langkah terminasi operasi tambang untuk menekan biaya produksi yang berbanding terbalik dengan potensi pendapatan.

"Apabila harganya kembali di level tertentu dan dianggap menguntungkan, maka tambang tersebut dibuka kembali. Umumnya, perusahaan tersebut [tetap] melakukan perawatan pabrik, mesin produksi dan infrastruktur tambang sehingga siap digunakan kembali pada saat diperlukan," tutur dia.

(wdh)

No more pages