Dari sisi ekonomis, dia melihat pergerakan harga minyak dunia memang sempat terkerek pada pengujung Januari, tetapi setelah memasuki Februari, harga minyak cenderung melandai.
West Texas Intermediate (WTI), misalnya, bergerak dari US$70/barel menjadi US$78/barel pada pekan terakhir Januari. Namun, begitu memasuki Februari, terjadi penurunan cukup tajam hingga ke level US$72/barel.
Per hari ini, minyak Brent untuk penyelesaian April menguat 0,1% dari hari sebelumnya menjadi US$78,05/barel, sedangkan WTI untuk pengiriman Maret naik 0,1% menjadi US$72,84/barel.
“Jadi sebenarnya, ada alasan kuat untuk menaikkan harga BBM pada Februari, yaitu dari fakta itu [pergerakan harga minyak dunia]. Mestinya dorongannya juga tidak sebesar pada Januari.”
Industry and Regional Analyst Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, secara perhitungan bisnis, Pertamina masih memiliki arus kas yang cukup memadai untuk menahan harga BBM bulan ini.
“Jadi kenaikan harga minyak tidak di-passthrough ke konsumen. Selain itu, bisa saja mereka dapat kontrak bagus pada Februari, sehingga harga asli bisa saja turun, tetapi karena ada kenaikan pajak [bahan bakar di DKI Jakarta], jadi tidak turun sepenuhnya,” terang Zuhdi.
Dia pun menilai perlu untuk mengetahui kinerja keuangan Pertamina, yang bebannya selama ini sudah tertutupi oleh anggaran kompensasi dari pemerintah. “Nombok untuk saat ini bisa saja, dalam artian [kenaikan harga BBM] tidak diteruskan ke konsumen.”
Bulan ini, seluruh operator swasta di Indonesia seperti Shell, BP-AKR, dan Vivo resmi menaikkan harga seluruh jenis BBM-nya. Kenaikan tersebut berada di rentang Rp80/liter hingga Rp210/liter. Hanya Pertamina satu-satunya operator SPBU yang tak mengubah harganya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan penyebab Pertamina bisa menahan harga BBM-nya adalah karena ruang fiskal Indonesia terbilang masih cukup luas.
“Pertama ini masih [awal tahun], jadi ruangan fiskalnya masih cukup luas, jadi tidak ada kenaikan dalam waktu dekat,” ujar Airlangga di Jakarta, Senin (5/2/2024).
Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berdalih Pertamina bisa menahan harga BBM nonsubsidi pada Februari lantaran perseroan berhasil melakukan efisiensi dalam proses bisnisnya, sehingga sanggup memproduksi bahan bakar dengan harga kompetitif.
"Keputusan Pertamina tidak menaikkan harga BBM tentu baik untuk menjaga stabilitas dan juga daya beli masyarakat. Di sinilah peran BUMN kepada masyarakat." ujar Erick melalui siaran resminya, meski tak menampaik bahwa harga minyak dunia dan kurs memang mengalami kenaikan memasuki bulan kedua tahun berjalan.
(wdh)