Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) yang anjlok 11,7% PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX) yang jatuh 9,8%, dan PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) yang ambruk 9,6%.
Bursa Saham Asia juga kompak menapaki jalur hijau penguatan. Pada pukul 12.35 WIB siang hari, Shenzhen Comp. (China) meroket 3,81%, Hang Seng (Hong Kong) menguat 3,32%, Indeks CSI 300 (China) terbang 2,74%, Shanghai Composite (China) melesat 2,32%, SETI (Thailand) menguat 0,91%, PSEI (Filipina) menghijau 0,35%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) menguat 0,24%, TW Weighted Index (Taiwan) melonjak 0,21%, dan juga KLCI (Malaysia) terapresiasi 0,04%,
Sementara di sisi yang berseberangan hanya sedikit yang melemah, KOSPI (Korea Selatan) yang melemah 0,77%, Topix (Jepang) turun 0,46%, Straits Time (Singapura) melemah 0,29%, dan juga Nikkei 225 (Tokyo) dengan terkontraksi 0,28%.
Sentimen positif utamanya datang dari China. Mengutip Bloomberg News, pada Selasa, otoritas Pemerintah China mengeluarkan serangkaian pengumuman dukungan guna mendongkrak keyakinan pasar keuangan. Termasuk janji dari Central Huijin Investment Ltd., unit yang memegang saham Pemerintah China di lembaga keuangan besar, untuk membeli lebih banyak Exchange-Traded Fund (ETF) untuk menjaga kelancaran operasi pasar modal.
Komisi Regulasi Sekuritas Pemerintah (China Securities Regulatory Commission/CSRC) dalam komentar lanjutannya menyatakan akan berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan stabilitas operasi pasar.
Presiden China, Xi Jinping, menunjukkan tanda-tanda semakin terlibat dalam kebijakan keuangan dan ekonomi negara. Termasuk kunjungan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Bank Sentral pada tahun lalu.
Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan, dalam beberapa bulan belakangan otoritas telah bekerja keras sepanjang waktu untuk menyusun langkah-langkah penyelamatan pasar. CSRC telah bekerja semaksimal mungkin, dan Administrasi Regulasi Keuangan Nasional telah mengadakan setidaknya selusin pertemuan selama dua bulan terakhir guna menstabilkan pasar modal.
Upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya termasuk pembatasan Short-Selling serta pembelian saham oleh negara di bank-bank terbesar di negara itu. Sementara dana stabilisasi saham senilai US$278 miliar juga telah direncanakan. Dengan berbagai stimulus dan kebijakan tersebut membawa sentimen positif ke pasar regional, terutama saham-saham China.
(fad)