Sementara belanja ormas dan parpol (Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga/LNPRT) masih mampu tumbuh lebih tinggi 9,83% dibanding tahun 2018 yang 9,08%. Namun, sumbangan segmen ini cuma 1,25%. Sedang belanja pemerintah tahun lalu juga cuma tumbuh 2,95%, terendah dalam dua dekade terakhir. Sumbangan belanja pemerintah terhadap PDB mencapai 7,45%.
Alhasil, ajang pemilu yang sejatinya digadang-gadang bisa menyumbang pertumbuhan ekonomi di tengah kelesuan perekonomian global pasca pandemi, tidak terwujud. Hal itu sebenarnya sudah gamblang terlihat sebelum data resmi dirilis.
Pemandangan lazim di musim kampanye, lapangan luas di tengah kota penuh orang dengan panggung dan musik kencang mengiringi biduan bernyanyi, pembagian kaos dengan gambar wajah kandidat, bendera parpol, belum lagi aneka spanduk dan pamflet yang ditebar ke berbagai penjuru. Belum lagi orderan katering dan nasi kotak yang membludak.
Pada Pemilu 2023 ini, kampanye konvensional seperti itu minim dan terlihat usang di tengah kampanye masif lewat videotron, reels dan live di Instagram, tulisan dan foto di Facebook, juga live dan video 30 detik TikTok. Bahkan kampanye di televisi dan radio pun tidak banyak dilirik.
Indonesia Digital Association beberapa waktu lalu, seperti dilansir oleh media lokal, menyebut belanja pemilu tahun ini ada penurunan signifikan hampir setengah dari tahun pemilu sebelumnya. Penyebabnya, masa kampanye lebih pendek yakni hanya satu bulan dibanding 2019 lalu yang sampai tiga bulan. Selain itu, ada ketentuan pembatasan durasi iklan di media elektronik seperti televisi dan radio.
Tak ayal, pertarungan dan belanja kampanye pada pemilu kali ini tersedot lebih banyak ke media sosial. Sebuah pilihan logis di sebuah negara di mana pengguna aktif internet sudah mencapai 215,63 juta orang. Di musim pemilu ini, platform paling populer dan diuntungkan adalah TikTok, platform media sosial yang dimiliki oleh ByteDance Ltd., perusahaan besar asal Tiongkok. Pengguna TikTok di negeri ini adalah yang terbanyak kedua di dunia, mencapai 106,52 juta pengguna. Hanya kalah oleh Amerika Serikat yang mencapai 143,41 pengguna TikTok.
"Iklan lebih murah, jangkauan juga lebih luas di platform media sosial," kata Jeffrosenberg Chen Lim, Head of Equity Research di Maybank Sekuritas Indonesia.
Penjualan alat peraga kampanye susut 80% bila dibanding pemilu lima tahun lalu. Usaha-usaha kecil yang biasanya disibukkan oleh pesanan pembuatan kaos, topi, bendera, tidak merasakan 'panen' yang diharapkan. Penjualan ritel juga hanya tumbuh 0,1% pada Desember, terendah dalam tujuh bulan.
"Pemilu tahun ini sangat berbeda dengan pemilu sebelumnya dan perbedaannya sangat jauh. Diperkirakan hanya 20% dari pemilu sebelumnya. Ini dari laporan atau informasi yang kami terima dari anggota,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jemmy Kartiwa Sastraatmaja.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat ada penurunan omzet sebesar 40% hingga 90% yang dirasakan UMKM di bidang konveksi dan sablon menjelang Pemilu 2024. UMKM sektor ini yang menjual alat peraga kampanye seperti baliho, kemeja, jaket, topi.
“Penurunan penjualan produk untuk kampanye cukup drastis sekitar 40% sampai 90%,” ujar Yulius, Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM.
Lari Maraton
Menurut ekonom, ada dugaan konsumsi atau belanja seputar kebutuhan pemilu tahun ini masih tertahan mengingat jadwal nan padat sampai akhir tahun.
“Bagi partai politik, ini adalah maraton, bukan lari cepat hingga Juni untuk kemungkinan pemungutan suara putaran kedua dan November untuk pemilu daerah,” kata Satria Sambijantoro, Kepala Riset Ekuitas Bahana Sekuritas. “Jadi uangnya akan dikembalikan pada tahun 2024.”
“Bagi partai politik, ini adalah maraton, bukan lari cepat hingga Juni untuk kemungkinan pemungutan suara putaran kedua dan November untuk pemilu daerah,”
Satria Sambijantoro, Head of Equity Research Bahana Sekuritas
Partai politik dan pengusung kandidat capres-cawapres niscaya berhitung sumber daya manakala kontestasi Pilpres 2024 berlangsung dua putaran sampai Juni disusul pemilihan Kepala Daerah pada November nanti.
Akan tetapi, bila menilik indikator terakhir inflasi, sepertinya perlambatan pertumbuhan ekonomi masih akan berlanjut pada kuartal 1-2024 ini. Tekanan konsumsi rumah tangga diprediksi masih akan berlanjut menilik indikator inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari lalu yang tercatat 0,04% month-to-month. "Yaitu 3 standar deviasi di bawah garis tren jangka menengah yang diperkirakan sebesar 0,47% month-to-month," kata Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 1-2024 diprediksi hanya tumbuh 4,9% year-on-year dan sebesar 4,8% untuk capaian sepanjang tahun (full year).
Perlambatan ekonomi tetap membayangi kendati pemerintah menyiapkan anggaran perlindungan sosial terbesar sepanjang sejarah tahun ini mencapai Rp496,8 triliun.
Bahkan terlihat kucuran bansos dan subsidi dalam nilai sangat besar, pada 2023 nilainya fantastis mencapai Rp476 triliun, tidak mampu mengungkit belanja masyarakat karena hanya menyentuh kalangan terbatas berpendapatan rendah agar tidak kian tertekan lonjakan harga. "Bansos dampaknya terbatas karena keluarga berpenghasilan rendah akan membelanjakannya untuk kebutuhan dasar," kata Lionel.
Hasil survei penjualan eceran yang dilansir oleh Bank Indonesia yang terakhir dilansir Desember lalu, memperkirakan, penjualan eceran dalam tiga hingga enam bulan ke depan, yaitu pada Februari dan Mei 2024, diperkirakan menurun.
Indeks Ekspektasi Penjualan pada Februari 2024 turun tajam yaitu dari 139,1 pada Oktober, menjadi 115,1 pada November. Indeks ini mengukur perkiraan responden terhadap kinerja penjualan eceran tiga bulan nanti di mana itu bertepatan dengan jadwal Pemilu dan Pilpres 2024. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Penjualan 6 bulan ke depan yakni pada Mei 2024 juga turun ke posisi 132,7 dari posisi 146,1 pada bulan Oktober.
-- dengan bantuan laporan dari Dovana Hasiana.
(rui/aji)