Senasib dengan Bakrie, Adani Terimbas Utang Beragun Saham
Hidayat Setiaji
13 March 2023 16:40
Bloomberg - Miliuner Gautam Adani dan keluarga telah menyelesaikan pembayaran utang yang terkait dengan penyertaan saham senilai US$ 2,15 miliar (Rp 33,26 triliun). Pembayaran ini lebih awal karena tenggat waktunya adalah 31 Maret 2023.
Melakukan pinjaman dengan jaminan saham bukan hal baru dan bukan kali pertama ini menjadi masalah. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan milik Kelompok Bakrie juga pernah melakukannya, termasuk penambang batu bara PT Bumi Resources (BUMI). Masalah terjadi ketika harga batu bara di pasar dunia turun, sehingga saham perusahaan juga ikut anjlok. Akibatnya BUMI terpaksa merestrukturisasi utang-utangnya setelah sempat digugat pailit oleh kreditor.
Pada 2009, perusahaan tambang itu mendapatkan pinjaman dari China Investment Corporation (CIC). Kemudian BUMI mengalami kesulitan dalam membayar, hingga masuk ke Pengadilan Niaga pada 2016.
Dari total utang dari CIC senilai US$ 1,327 miliar diputuskan dilakukan restrukturisasi dengan:
-
US$ 428 juta diganti dengan New Senior Secured Facility.
-
US$ 150 juta dikonversi menjadi 6,174 juta saham perusahaan (mewakili 16,87% total ekuitas).
-
US$ 607 juta dikonversi menjadi saham perusahaan dengan harga Rp 926,16/unit.
-
US$ 142 juta diganti dengan Obligasi Wajib Konversi berjatuh tempo 7 tahun.
Saat Obligasi Wajib Konversi jatuh tempo tahun ini, saham CIC di BUMI bertambah signifikan menjadi 39,65 juta unit dan perusahaan asal China itu menguasai 10,68% kepemilikan di BUMI. Data Bloomberg menujukkan CIC jadi pemilik saham terbesar kedua di BUMI, hanya kalah dari Mach Energy (Hong Kong).
Pada kasus Adani, para pendiri dipaksa melakukan pembayaran utang lebih awal setelah harga saham-saham kelompok konglomerat India tersebut ambruk akibat tuduhan manipulasi dan penggelapan akuntansi yang dilontarkan oleh Hindenburg Research, sebuah perusahaan short seller dari Amerika Serikat. Hindenburg juga mengatakan bahwa saham-saham Adani Group banyak yang dijadikan agunan utang sehingga menimbulkan kekhawatiran akibat besarnya risiko margin call. Adani menolak berbagai tuduhan tersebut.