Setelah beroperasi, smelter Amman itu nantinya memiliki total kapasitas input tembaga mencapai 900.000 kilo ton per tahun (ktpa) konsentrat yang berasal dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang.
Produk dari pengolahan ini akan berupa katoda tembaga yang mencapai 222 ktpa dan asam sulfat mencapai 830 ktpa. Sementara itu, fasilitas PMR akan menghasilkan 18 tpa emas batangan, 55 tpa perak batangan dan 70 tpa selenium.
Pada september tahun lalu, perusahaan juga telah menandatangani perjanjian pendahuluan dengan PT Pertamina guna memastikan pasokan sumber energi yang lebih ramah lingkungan yaitu liquified natural gas (LNG) untuk pembangkit listrik tenaga gas dan uap yang saat ini sedang dibangun untuk mendukung operasional fasilitas smelter tembaga dan PMR.
Amman sendiri merupakan salah satu dari 5 perusahaan yang mendapatkan izin relaksasi larangan ekspor konsentrat tembaga hingga Mei tahun ini, sesuai dengan UU Nomor 3 2020 Tentang Mineral dan Batu Bara.
Melalui beleid itu, perusahaan yang pembangunan smelter-nya melebihi 50% hingga Januari 2023 mendapatkan izin relaksasi, termasuk di antaranya Freeport Indonesia.
Progres Proyek Freeport
Sama seperti Amman, Freeport juga memiliki proyek smelter katoda tembaga yang sedang dibangun di Manyar, Gresik dengan kapasitas pengolahan sekitar 1,7 juta ton konsentrat menjadi kurang lebih 600.000 ton katoda tembaga per tahun.
Fasilitas itu sekaligus diklaim sebagai pabrik katoda tembaga terbesar di dunia. Freeport-McMoRan Inc (FCX), induk PTFI, melaporkan proyek smelter milik perusahaan yang dibangun di Manyar itu telah mencapai lebih dari 90% per Januari 2024.
Pembangunan pabrik peleburan ini diperkirakan menelan biaya sebesar US$3 miliar atau setara Rp47,2 triliun (asumsi kurs Rp15.750 per dolar). Biaya ini terdiri dari US$2,8 miliar untuk kontrak konstruksi di luar bunga yang dikapitalisasi, biaya pemilik, dan kegiatan menilai kesiapan (commissioning) dan US$0,2 miliar untuk investasi pada pabrik desalinasi.
“Konstruksi smelter di Manyar dengan kapasitas untuk memproses sekitar 1,7 juta metrik ton konsentrat tembaga per tahun berjalan sesuai jadwal dengan target penyelesaian mekanis pada Mei 2024, diikuti dengan periode peningkatan hingga Desember 2024,” papar Freeport-McMoRan Inc dalam laporan tahunannya.
Selain itu, PMR Freeport dibangun untuk mengolah emas dan perak dari smelter Manyar dan PT Smelting. Konstruksi sedang berlangsung dan diharapkan dapat dioperasikan pada 2024.
Perkiraan biaya saat ini berjumlah US$665 juta, atau sekitar US$90 juta lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Oktober 2023, yang mencerminkan biaya terbaru untuk bahan konstruksi, tenaga kerja, dan teknik.
Adapun, belanja modal atau capital expenditure (capex) PTFI untuk proyek smelter di Indonesia berjumlah US$1,7 miliar pada 2023 atau setara Rp26,7 triliun dan diperkirakan mencapai US$1 miliar pada tahun 2024.
“Belanja modal untuk proyek smelter di Indonesia didanai dengan surat utang senior [senior note] PTFI dan ketersediaan fasilitas kredit bergulir,” sebagaimana dikutip melalui siaran pers.
Butuh Serapan Pasar
Sebelumnya, Direktur Utama Tony Wenas mengatakan gabungan proyek smelter Freeport dan Amman akan menjadikan Indonesia sebagai pemilik pabrik katoda tembaga terbesar di dunia untuk jenis single aisle.
“Kalau smelter Manyar sudah jadi pada Mei 2024, 60% konsentrat yang tadinya diekspor akan sepenuhnya dimurnikan di Manyar, sehingga serapannya menjadi 100%. Kalau nanti smelter baru ini selesai dan memproduksi 600.000 ton katoda tembaga, ya harapan kami adalah pasar dalam negerinya juga tumbuh supaya bisa dijual di dalam negeri. Kalau enggak ada pasarnya, ya terpaksa [produk katodanya] harus diekspor,” ujar Tony kepada Bloomberg Technoz.
Sampai saat ini, Tony mengatakan baru ada 2—3 perusahaan di dalam negeri yang terhitung siap menyerap produksi katoda tembaga buatan Freeport. Untuk itu, perusahaan berharap pemerintah mendatangkan lebih banyak investasi industri pengguna produk hilir tembaga agar serapan katoda di pasar dalam negeri makin maksimal.
“Sebenarnya potensi market dalam negeri besar, tetapi kan tembaga juga masih boleh diimpor. Terus kemudian masih ada scrap tembaga juga. Padahal, kalau smelter Manyar sudah jadi, PTFI akan menjadi produsen katoda tembaga paling tidak terbesar kelima di dunia,” lanjutnya.
Belum lagi jika proyek smelter milik Amman Minerals Group juga rampung. Tony memperkirakan produksi katoda tembaga gabungan dari Freeport dan Amman akan membuat Indonesia sebagai negara produsen produk hilir tembaga terbesar ketiga di dunia.
“Untuk itu, kami berharap investasi industri pengguna katoda tembaga juga bertumbuh supaya bisa mengonsumsi tembaga dari kami. Kalau tidak, ya terpaksa harus kami ekspor,” ujarnya.
-- Dengan asistensi Dovana Hasiana
(wdh)