Menurut sumber, jajaran manajer Signature Bank baru mengetahui keputusan tersebut sesaat sebelum pernyataan diumumkan. Salah satu staf yang menolak untuk disebut namanya mengatakan bahwa situasi sempat stabil pada hari Minggu (12/03/2023) setelah mengalami lonjakan arus keluar dana tiga hari sebelumnya.
“Jika kami diberi kesempatan untuk tetap beroperasi, saya rasa kami dapat melanjutkannya. Kami memiliki portofolio pinjaman yang kuat, kami adalah pemberi pinjaman terbesar di New York City di bawah kredit pajak perumahan berpenghasilan rendah.” kata mantan Anggota Kongres AS Barney Frank, anggota dewan Signature Bank yang dikenal dengan Dodd-Frank Act, yang merombak peraturan keuangan AS setelah krisis keuangan global.
Hingga saat ini, perwakilan Signature Bank menolak untuk berkomentar.
Sama seperti SVB, dengan klien yang hampir seluruhnya terdiri dari perusahaan-perusahaan, Signature memiliki basis simpanan yang sebagian besar tidak diasuransikan, sekitar 90% simpanan untuk Signature, dan lebih dari 93% simpanan domestik di SVB.
J. Austin Campbell, seorang asisten profesor di Columbia Business School mengatakan bahwa apa yang terjadi di Silvergate dan SVB adalah sebuah kegagalan yang sangat tradisional bagi perbankan. “Kecil kemungkinannya untuk terjadi, kecuali jika ada deposito berjumlah lebih besar dari yang kita ketahui. Jika tidak ada detail mengejutkan yang muncul terkait neraca, sulit untuk mengetahui apa penyebab penutupan mereka,” katanya.
Kurangnya Diversifikasi
Aset bank yang kurang terdiversifikasi dibandingkan dengan beberapa bank lainnya, kata beberapa sumber. Hal ini menyulitkan pengelolaan kenaikan suku bunga agresif tahun lalu yang mengikis nilai obligasi.
Runtuhnya Signature Bank dapat memiliki dampak serius bagi industri kripto. Coinbase Global Inc., perusahaan perantara jual beli kripto terbesar di AS, mengatakan saldo mereka berjumlah US$240 juta (Rp 3,6 triliun) di bank tersebut pada Jumat malam (10/03/2023). Sementara itu, Paxos Global mengatakan memiliki US$250 juta (Rp 3,8 triliun), dan memiliki asuransi simpanan swasta jauh melebihi saldo kas dan batas asuransi dari Lembaga Penjamin Simpanan AS (Federal Deposit Insurance Corp/FDIC).
Signature merupakan bank ramah kripto kedua yang mengalami kegagalan dalam waktu kurang dari seminggu ini. Pada Rabu (08/03/2023), Silvergate mengumumkan rencana penutupan dan likuidasi banknya. Pengumuman tersebut dibuat di tengah penyelidikan oleh jaksa di unit penipuan Departemen Kehakiman AS (DOJ) terkait transaksinya dengan raksasa kripto Sam Bankman-Fried, FTX dan Alameda Research. Penyitaan SVB terjadi kurang dari dua hari setelahnya.
Setelah penutupan layanan Silvergate Exchange Network (SEN) pada awal Maret, Platform pembayaran korporat milik Signature Bank yang bernama Signet adalah satu-satunya layanan bagi pelanggan kripto untuk melakukan transaksi dengan cepat ke bursa dan vendor, atau melakukan pembayaran gaji. LedgerX, sebuah platform derivatif kripto sebelumnya mengalihkan klien untuk melakukan transfer domestik dari Silvergate ke Signature.
Kegagalan Signet dapat berdampak buruk pada likuiditas pasar kripto jika nasabah tidak lagi memiliki akses ke dalam layanan transaksi pembelian aset kripto. Runtuhnya Silvergate dan Signature membuat Haseeb Qureshi, mitra pengelola Dragonfly Ventures, khawatir dengan masa depan perusahaan portofolionya, terutama yang berurusan dengan keuangan terdesentralisasi.
Hanya Dua di Antara yang Lain
“Salah satu keuntungan Silvergate dan Signature yakni mereka merupakan satu-satunya bank yang memiliki sistem pembayaran global 24/7,” katanya.
Regulator AS tengah berpacu dengan waktu untuk menemukan solusi bagi SVB dan menghentikan potensi merembet ke perusahaan-perusahaan pemberi pinjaman lainnya. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada Minggu bahwa dia menyetujui resolusi untuk Silicon Valley Bank “yang sepenuhnya melindungi semua nasanah” – sebuah langkah yang juga berlaku untuk pelanggan Signature Bank.
Signature memiliki total aset sekitar US$ 110,36 miliar dan total simpanan sekitar US$ 88,59 miliar pada 31 Desember, kata regulator. Signature Bank memiliki 40 cabang di New York, California, Connecticut, North Carolina dan Nevada, menurut FDIC.
Jaga Jarak dengan Aset Digital
Di luar Signet, Signature telah memutuskan untuk menarik jarak dari aset digital setelah insiden keruntuhan FTX akhir tahun lalu. Tapi mereka tercatat masih memiliki US$ 16,5 miliar (Rp 253 triliun) dalam bentuk simpanan klien terkait kripto per 8 Maret.
“Sebagai informasi, Signature Bank tidak berinvestasi, tidak memperdagangkan, tidak menahan, tidak memiliki, dan tidak meminjamkan atau memberikan pinjaman yang dijamin oleh aset digital,” kata CEO Joseph J. DePaolo dalam sebuah pernyataan sehari setelah pengumuman Silvergate.
FTX memiliki rekening di Signature Bank, yang menurut perusahaan berkontribusi kurang dari 0,1% dari total keseluruhan simpanan bank. Pada Desember, setelah keruntuhan FTX, Signature menyampaikan rencana mereka untuk menarik simpanan sebanyak US$ 10 miliar (Rp 153 triliun) dari klien aset digital. Langkah itu akan menjadikan simpanan terkait kripto sekitar 15% - 20% dari totalnya. Bank juga mengatakan akan membatasi jumlah bagian dari klien aset digital tunggal mana pun.
“Jika perusahaan kripto harus bermitra dengan bank lain, mereka harus mengatasi masalah terkait manajemen risiko. Itu merupakan isu yang signifikan bagi industri." kata Sheila Warren, CEO Crypto Council for Innovation.
—Dengan asistensi Olga Kharif, Hannah Miller, Allyson Versprille, Katanga Johnson, dan David Scheer.
(bbn)