Logo Bloomberg Technoz

Hal ini menggambarkan bahwa total volume percakapan Anies Baswedan mencapai 160,426 mention (45%), Prabowo Subianto: 100,554 mention (28%), dan Ganjar Pranowo: 95,276 (27%)

Analis positif tercipta bermula dari akun yang cenderung Pro Anies dan Netral. Sedangkan Pro Prabowo masuk dalam klaster lebih kecil.

“Tampak ada satu klaster besar yang mayoritas berwarna merah (sentimen negatif) link antar nodenya. Klaster ini didominasi oleh akun Pro Anies dan yang cenderung Netral. Mereka yang berkontribusi pada tingginya sentimen negatif kepada Prabowo. Di pinggir klaster ini tampak ada klaster Pro Ganjar, yang juga berwarna merah atau menambah sentimen negatif semakin tinggi,” papar dia.

Pada pengujian Ganjar Pranowo dihasilkan bahwa pendukung Anies dan Ganjar tidak merasa menjadi rival di media sosial. “tetapi bahkan saling support, sehingga memberi sentimen positif yang tinggi kepada Ganjar,” tulis Ismail Fahmi pengelola dan pendiri Drone Emprit.

Opini negatif terhadap capres 01 Anies Baswedan

  1. Rencana koalisi Anies dan Ganja dinilai koalisi teraneh, disusupi HTI, FPI, berkoalisi dengan PDI
  2. Beberapa programnya dianggap sudah dijalankan oleh pemerintah sekarang
  3. Para pendukung Anies tidak mencerminkan apa yang sudah digaungkan pemimpinnya

Opini negatif terhadap capres 02 Prabowo Subianto

  1. Dikritik karena selalu sepakat dengan Anies
  2. Dikritik karena sebut otak lamban
  3. Prabowo dinilai lebih buruk dari Sambo
  4. Dikritik dan disindir terkait program makan dan susu gratis
  5. Kritik soal tanggapan penanganan kesehatan dengan jawaban program makan gratis
  6. Sindir soal rencana peningkatan jumlah Fakultas Kedokteran
  7. Soroti dan kritik penanganan stunting yang diatasi dengan program makan gratis

Opini negatif terhadap capres 03 Ganjar Pranowo

  1. Blunder bahas revisi UU Cipta Kerja padahal fraksikan yang menggolkan
  2. Langsung memlui debat dengan serangan
  3. Terlihat “Nabok Nyilih Tangan” [memukul pinjam tangan]
  4. Kritik Ganjar yang selalu berusaha menyerang

Drone Emprit juga lahir bertujuan menyajikan informasi dan menghindari potensi polarisasi politik yang muncul tahun 2019, saat intensi perpecahan terjadi lewat sebaran berita palsu atau disinformasi (hoaks).

"Drone Emprit adalah alat untuk memonitor percakapan netizen di media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram dan sekarang juga TikTok, dan juga memonitor pemberitaan di media online berdasarkan kata kunci, nama tokoh, nama peristiwa. Kita kumpulkan percakapan dan kemudian kita analisis," tulis Fahmi dalam keterangannya kepada media.

(fik/wep)

No more pages