Logo Bloomberg Technoz

Secara agregat, Amalia menyebut pertumbuhan ekonomi di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua yang menjadi basis nikel melaju di atas rerata pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun lalu. Secara spesifik, pertumbuhan ekonomi di Pulau Sulawesi menembus 6,37% yoy, sedangkan di Maluku dan Papua 6,94%.

Tumpukan FeNi di Kepulauan Obi, Maluku Utara Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Indonesia memiliki sekitar 2 juta hektare (ha) lahan cadangan nikel.

Dari total tersebut, baru 800.000 lahan telah dimanfaatkan atau dieksplorasi, sedangkan sisanya 1,2 juta ha masih belum termanfaatkan.

"Total sumber daya nikel RI yang belum dieksplorasi saat ini mencapai 17,3 miliar ton bijih dan 174,2 juta ton logam," ujar Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Rita Susilawati dalam konferensi pers belum lama ini.

Sementara itu, total cadangan pastinya mencapai 5,02 miliar ton bijih dan 55,06 juta ton logam. Total cadangan menjadikan RI sebagai negara yang memiliki cadangan terbesar di dunia dengan porsi 23% dari total cadangan global.

Namun, komoditas itu kini tengah mengalami pasang surut, seiring dengan isu pasokan yang berlebih, yang menyebabkan harganya rontok hingga melebihi 40% sepanjang tahun lalu.

Ilustrasi penambangan nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. (Dok: Bloomberg)


Lantas, di mana saja basis tambang nikel terbesar di Indonesia? Berikut daftarnya:

Weda Bay, Maluku Utara

Weda Bay Nickel berlokasi di dua kabupaten, yakni Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.

Tambang yang dioperasikan oleh PT Weda Bay Nickel (WBN) ini telah beropesasi sejak 2019 melalui Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), dan akan beroperasi hingga 2069.

Perusahaan ini dioperasikan oleh Thingshan Group, perusahaan asal China yang memiliki porsi 51,2% saham, Eramet (asal Prancis) 37,8%, dan sisanya di miliki oleh perusahaan pelat merah Indonesia, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam dengan porsi 10%.

Menyitir laman resmi Eramet, perusahaan itu berkontribusi dan menyumbangkan keahliannya dalam operasi penambangan,  sementara Tsingshan mengoperasikan pabrik dan infrastruktur yang diperlukan untuk produksi.

Perusahaan mencatat, sumber daya deposit Weda Bay Nickel saat ini diperkirakan mencapai 12,2 juta ton nikel dengan rata-rata kandungan nikel 1,48%.

Sebuah dump truck melintasi jalan akses di tambang nikel diMorowali, Sulawesi Tengah. (Dimas Ardian/Bloomberg)


Kawasi, Maluku Utara

Wilayah tambang nikel Kawasi ini berada di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara dan dioperasikan oleh PT Trimegah Bangun Persada (TBP) sebuah afiliasi Harita Group.

Belum diketahui secara pasti berapa rerata produksi nikel di wilayah tambang itu. Namun, laporan tahunan TBP pada 2022, total cadangan nikel di Kawasi mencapai 108,4 juta wet metrik ton (WMT).

Morowali, Sulawesi Tengah

Morowali, yang sebagian besar merupakan kota nelayan satu dekade yang lalu, merupakan jantung dari ledakan ekonomi Indonesia dan menjadi penting secara global dalam industri nikel setelah Indonesia memberlakukan larangan ekspor bijih nikel pada 2019. 

Di kawasan ini juga telah dibangun industri nikel terintegrasi terbesar di Indonesia, mulai dari tambang hingga pengolahannya di areal PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Kawasan Industri Morowali mencakup areal seluas lebih dari 3.000 ha di bagian timur Pulau Sulawesi. Wilayah ini merupakan basis produksi nikel baru yang digadang-gadang mendorong surplus pasokan di pasar global pada tahun ini.

Lebih dari US$22 miliar telah diinvestasikan di kawasan industri Morowali pada Juni 2022, dibandingkan dengan US$6,7 miliar pada 2019, menurut data IMIP.

Salah satu perusahaan yang menambang di area itu yakni PT Central Omega Resources Tbk (DKFT). Perusahaan itu memiliki 2 operasi tambang nikel melalui anak usahanya yakni PT Mulia Pasific Resource dan PT Itamatra Nusantara sejak 2011.

Berdasarkan laporan tahunannya pada 2022, dari tambang itu, perusahan mencatatkan produksi bijih nikel mencapai 584.179 mt pada 2020, pada 2021 sebanyak 845.453 mt, dan pada 2022 sejumlah 815.321 mt. Secara total, tambang nikel yang beroperasi di kawasan IMIP mampu memproduksi hingga 280.000 ton per tahun.

Gag, Papua Barat

Tambang nikel Gag ini terletak di Pulau Gag, Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, yang dimiliki oleh PT Gag Nikel, yang merupakan anak usaha dari Antam.

PT Gag memiliki izin kontrak karya (KK) tambang di wilayah itu seluas 13.136 ha, dan izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) seluas 603,25 ha.

Menyitir laman perusahaannya, tercatat total sumber daya nikel PT Gag mencapai 314,44 juta wet metric ton (wmt) yang terdiri dari 160,08 juta wmt bijih nikel saprolite dan 154,36 juta wmt limonite.

Namun, per akhir 2018, perusahaan melaporkan total cadangan nikelnya sebesar 47,76 juta wmt yang terdiri dari 39,54 juta wmt bijih nikel saprolite dan 8,22 juta wmt bijih nikel limonite.

Pengangkutan tanah oleh excavator ke truk di Sorowako milik PT Vale Indonesia. (Dok Dimas Ardian/Bloomberg)

Sorowako, Sulawesi Selatan

Salah satu tambang nikel terbesar terbesar di Indonesia terletak di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Blok Sorowako merupakan konsesi tambang terbuka yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan total luas lahan 70.566 ha.

Di Blok tersebut, Vale memproduksi bijih nikel kadar tinggi atau saprolite yang nantinya bakal diolah menjadi nickel matte, dengan rata-rata produksi per tahun mencapai 75.000 metrik ton (mt).

Selain Blok Sorowako, Vale Indonesia juga memiliki konsesi lahan tambang nikel di Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah (22.699 ha); serta Blok Pomalaa dan Sua-Sua, Sulawesi Tenggara (24.752 ha). Secara total, Vale Indonesia memegang konsesi lahan di Indonesia  seluas 118.017 ha.

Berdasarkan laporannya, Vale mencatat total volume produksi bijih nikel sebanyak 11,55 juta mt pada 2022.

Asera, Sulawesi Tenggara

Tambang nikel ini berada di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dengan metode penambangan terbuka dengan luas area sekitar 2.000 ha.

Tambang ini dioperasikan oleh PT Bumi Konawe Minerina, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh asing yakni Solway Group Invesment melalui afiliasinya Aquila Mine Pte Ltd sebesar 62,7%. Sedangkan, sisanya atau 37,3% dimiliki oleh PT Mahawira Palasara Agung.

Pada 2022, perusahaan mencatatkan produksi bijih nikel sebanyak 23,72 ribu MT. Secara total, cadangan deposit di Asera mencapai 16 juta MT dengan kadar nikel rerata 1,5%.

(wdh)

No more pages