Pendekatan ini, kata Wahyu menunjukkan kebijaksanaan dan pergeseran dari semangat perlawanan publik ke nilai-nilai moderasi.
Satu ungkapan yang sangat menarik digunakan Anies (dalam debat), kata dia adalah falsafah Jawa “Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti” yang bermakna arogansi dari kekuatan dan kekuasaan akan lebur atau kalah dengan kebijaksanaan dan kasih sayang. Falsafah ini pula lah yang nampaknya secara keseluruhan mengilustrasikan pendekatan Anies dalam debat kali ini," sambungnya.
Ganjar Pranowo
Ganjar, di sisi lain, justru menggunakan kesempatan debat melancarkan kritik tajam terhadap Prabowo. Kader PDIP itu lebih menekankan pada perubahan dan meninggalkan keberlanjutan. Pernyataannya yang eksplisit, mengkritik praktik pemerintahan yang dianggap sewenang-wenang.
"Hal ini seolah ingin menegaskan posisi Ganjar yang kini secara terang berada di pihak oposisi pemerintah. Narasi yang dibawa Ganjar pun semakin tegas mengarah pada perubahan dan meninggalkan keberlanjutan," tegas Wahyu.
Selain itu, Ganjar juga cukup frontal menyerang sisi pribadi Prabowo dengan mengungkit kembali isu pelanggaran HAM dan menyinggung gaya kepemimpinan diktator di pidato penutupnya, dan menyerang dengan menggunakan statement Jokowi dalam Pemilu 2019.
"Menarik juga memperhatikan Ganjar menyerang Prabowo dengan menggunakan kata-kata Jokowi sendiri di pemilu sebelumnya. Hal ini seolah mengilustrasikan dengan baik pesan kunci dari Ganjar yaitu bahwa dirinya merupakan penerus sesungguhnya dari spirit dan nilai-nilai Jokowi, bukannya Prabowo," ungkapnya.
Prabowo Subianto
Sementara menurut Dosen Universitas Paramadina ini, Prabowo justru menggunakan strategi tidak konfrontatif, dan lebih banyak menekankan narasi kebijakan yang dibuat oleh dirinya dan cawapresnya Gibran Rakabuming Raka: makan siang gratis untuk anak-anak.
Bahkan dalam sesi tanya jawab, Prabowo meminta lawannya untuk mengomentari kebijakannya ini. Hal ini menunjukkan Prabowo nampaknya mempersiapkan diri secara cukup serius untuk membela program andalannya ini dalam debat.
"Hal ini menunjukkan Prabowo cukup yakin bahwa kebijakan ini dapat menjadi daya tarik kuat bagi pemilih untuk memilihnya dalam pemilu nanti," ucap Wahyu.
"Prabowo (dalam debat) cenderung menyetujui dan menerima gagasan dari lawan-lawannya yang dinilainya masuk akal. Sebenarnya situasi debat ini yang diinginkan Prabowo dari awal debat, di mana ia dapat berfokus menceritakan program-programnya tanpa terdistraksi membela diri dari serangan yang terarah kepadanya," jelasnya.
Meski demikian, menurutnya Prabowo mencuri simpati publik dengan gestur meminta maaf, menunjukkan good will dan meredakan kesan arogansi kekuasaan.
"Secara keseluruhan, Prabowo menutup putaran debat dengan menekankan pada janjinya untuk membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia dan janji untuk menggunakan pendekatan rekonsiliasi politik yang merangkul semua pihak," pungkasnya.
(prc/ain)