"Perlambatan konsumsi rumah tangga utamanya kalau kami perhatikan dari data yang kami catat bersal dari peralmabatan pengeluaran menengah atas yang tecermin dari indikator-indikator seperti penurunan [pertumbuhan] pajak pertambahan nilai [PPN] barang mewah yang melambat, lalu jumlah angkutan udara juga melambat. Penjualan mobil penumpang juga tidak sebanyak tahun lalu," jelas Amalia.
BPS mensinyalir ada pergeseran fokus pengeluaran rumah tangga kelas menengah atas yakni dari tadinya konsumsi bergeser jadi investasi. Ini terindikasi dari nilai simpanan berjangka di perbankan yang menguat. "Artinya ada sedikit pergeseran dari pengeluaran konsumtif atau spending ke investasi," kata Amalia.
Meski melambat, menurut Amalia, capaian pertumbuhan pada 2023 sebesar 5,05% di tengah perlambatan ekonomi global masih bisa dibanggakan. "Perlambatan relatif masih terjaga, tentunya menunjukkan ekonomi Indonesia masih tetap solid positif di kisaran 5,05%, ini merupakan salah satu kinerja ekonomi Indonesia yang perlu kita banggakan," jelas Amalia.
(rui)