Di sisi lain, kurs rupiah saat ini Rp15.500/dolar AS. Ini merupakan level di mana pasar sudah memprediksi the Fed menurunkan suku bunga acuan 175 basis poin (bps).
Jika skenario itu tidak terjadi, Bahana Sekuritas memperkirakan penurunan suku bunga hanya berkisar 50 bps hingga 75 bps.
Oleh karena itu, Bahana Sekuritas masih melihat ada potensi rupiah akan melemah lebih jauh, dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tetap akan di level 6%.
Neraca berjalan Indonesia akan berubah menjadi defisit tahun ini, dan neraca perdagangan juga diperkirakan akan tertekan akibat melemahnya harga komoditas seperti batu bara, crude palm oil (CPO), dan yang paling utama adalah nikel.
Mempertimbangkan situasi tersebut, Bahana Sekuritas memperkirakan bursa saham akan bearish sepanjang paruh pertama tahun ini. Sehingga, saham defensif dan memiliki karakter dividen tinggi lebih cocok untuk menghadapi potensi volatilitas sepanjang semester satu.
Beberapa di antaranya seperti saham BBCA, ICBP, HMSP, AMRT, SILO dan ADRO.
Barulah pada semester kedua tahun ini, pasar saham diperkirakan lebih bullish.
Bahana Sekuritas juga masih lebih menjagokan saham ketimbang obligasi, karena masih ada potensi kenaikan suku bunga imbas tingginya inflasi.
Proyeksi itu juga mempertimbangkan potensi pemilu yang bisa jadi merupakan pemilu terpanjang di Indonesia, jika putaran kedua benar terjadi.
(mfd/dhf)