Meskipun data-data ekonomi yang kuat terus menjadi pertanda baik bagi perusahan-perusahaan AS, data tersebut hanya memperkuat keyakinan bahwa bank sentral AS (The Fed) akan menunda penurunan suku bunga acuan atau federal fund rate (FFR).
"Menurut saya kita bisa secara resmi mengucapkan selamat tinggal pada pemotongan suku bunga pada Maret, dan kemungkinan besar pada Mei," kata Alex McGrath dari NorthEnd Private Wealth.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pasar swap yang mengacu pada tanggal pertemuan The Fed pada Maret mengurangi separuh kemungkinan suku bunga seperempat poin menjadi hanya 15%. Sementara itu, untuk Mei tidak lagi sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga, yang telah terjadi selama lebih dari sebulan.
Seema Shah dari Principal Asset Management mengatakan, pasar tenaga kerja bukan hanya kuat pada Januari. Ternyata bulan-bulan sebelumnya juga lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Kenaikan kejutan dramatis terhadap pertumbuhan lapangan kerja dan upah berarti pemotongan suku bunga Maret tidak boleh dilakukan sekarang, dan penurunan suku bunga pada Mei juga sekarang berpotensi ditunda," imbuhnya.
Searah dengan berbagai sentimen dan pernyataan analis, Gubernur Jerome Powell mengatakan pemotongan suku bunga tidak akan mungkin terjadi pada pertemuan berikutnya di bulan Maret.
Terlebih lagi, pernyataan terbaru Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dalam wawancara di program '60 Minutes' yang disiarkan CBS pada Minggu kembali menegaskan posisi Bank Sentral yang akan sangat berhati-hati menurunkan suku bunga acuan.
Powell menyatakan, The Fed masih ingin melihat data ekonomi lebih lanjut demi memastikan laju disinflasi ke arah target 2% bisa berkelanjutan.
"Bahaya dari tindakan menurunkan bunga terlalu cepat adalah bahwa pekerjaan (Menjinakkan inflasi) ini belum selesai dan bahwa data yang sangat baik yang kita peroleh selama enam bulan terakhir ini ternyata tidak menjadi indikator sebenarnya yang memberi petunjuk arah inflasi," kata Powell dalam wawancara bersama Scott Pelley dari CBS, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Senin pagi ini.
Di samping itu, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, penurunan sektor manufaktur AS tampak mulai mencapai dasarnya, sebuah sinyal positif bagi ekonomi AS. Seiringan dengan itu, investor tengah mengkalibrasi ulang lini masa (timeline) dari penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
“Data ISM Manufacturing Index membaik ke level 49,1 di Januari, tertinggi sejak Oktober 2022 dari level 47,1 di bulan Desember dan jauh di atas ramalan pasar 47,0. data ini memberi indikasi kontraksi yang masih berlanjut meskipun dengan laju yang lebih lambat,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Data S&P Global US Manufacturing PMI di revisi naik ke level 50,7 di Januari, tertinggi sejak September 2022 dari perhitungan awal 50,3, merujuk pada perbaikan kondisi sektor manufaktur AS yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Dari regional, investor juga memperhatikan data inflasi (Consumer Price Index/CPI) Korea Selatan yang melambat menjadi 2,8% yoy di Januari, terendah sejak Juni 2023. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan harga bahan makanan. Sementara itu, dari Australia, data Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) menunjukkan inflasi di tingkat produsen naik 4,1% yoy di Kuartal IV-2023, tertinggi dalam tiga kuartal, karena biaya impor dan biaya operasional meningkat.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,52% ke 7.238 dan disertai dengan munculnya volume pembelian, penguatan IHSG pun mampu ditutup di atas MA-20.
“Selama IHSG belum mampu menembus 7.271 sebagai resistancenya, maka saat ini posisi IHSG diperkirakan sedang berada di awal wave c dari wave (ii) sehingga pergerakannya masih rawan melanjutkan koreksinya ke rentang 6.925-7.021,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (5/2/2024).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ANTM, BBNI, ELSA, dan MDKA.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang 7.175–7.330 di pekan ini, seiring dengan hari perdagangan di Indonesia yang lebih singkat.
“IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang 7.175–7.330 di pekan ini. Sentimen utama yang mempengaruhi IHSG akan didominasi dari dalam negeri. BPS dijadwalkan merilis data pertumbuhan ekonomi Q4-2023 di Senin (5/2). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan kembali ke atas 5% yoy di Q4-2023, sehingga pertumbuhan ekonomi FY2023 diyakini berada di atas 5%,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi TKIM, JPFA, UNVR, BIRD, KLBF, dan ISAT.
(fad/wdh)