Data ini menunjukkan bahwa perekonomian AS masih ‘panas’. Pasar tenaga kerja masih saja ekspansif meski suku bunga acuan sudah naik ke level tertinggi dalam 22 tahun.
Oleh karena itu, makin sulit untuk berharap bank sentral Federal Reserve bisa menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
“Laporan ketenagakerjaan ini akan menjadi penentu. Jika masih ‘panas’, maka ekspektasi untuk penurunan suku bunga acuan pada Maret akan jatuh,” tegas Tom Essaye, pendiri Sevens Report, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memiliki emas tidak memberikan bunga atau kupon secara rutin, potensi keuntungan hanya datang dalam penjualan.
Jadi, emas bukan aset yang menarik saat suku bunga masih tinggi. Memiliki emas justru akan mendatangkan opportunity cost, bukan keuntungan.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sejatinya masih bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 51.15. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, RSI emas tipis saja di atas 50. Artinya, emas cenderung netral, tidak terlampau bullish.
Demikian pula indikator Stochastic RSI, yang berada di 48,49. Tidak jenuh jual (oversold), tetapi juga tidak jenuh beli (overbought). Netral saja.
Dalam waktu dekat, ruang kenaikan harga emas masih terbuka. Target resisten terdekat ada di US$ 2.030/ons. Jika tertembus, maka bisa naik lagi menuju US$ 2.035/ons.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.022/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun ke US$ 2.001/ons.
(aji)