Powell menjelaskan, menjadi hal yang bijaksana bila pemegang kebijakan memberikan waktu lebih banyak dan melihat data apakah penurunan inflasi ke 2% terkonfirmasi dengan cara yang berkelanjutan.
Di pasar forward, kontrak Non Deliverable Forward (NDF) rupiah 1 bulan diperdagangkan semakin melemah pagi ini di kisaran Rp15.743/US$, setelah pada perdagangan terakhir pekan lalu di pasar New York, NDF rupiah ditutup melemah tipis.
Secara teknikal, rupiah juga memperlihatkan potensi pelemahan menuju kisaran Rp15.680-Rp15.710/US$. Sementara level support selanjutnya berpotensi tertahan di Rp15.770/US$.
Dalam jangka menengah atau sepekan ini, rupiah masih berpotensi membentuk tren Higher High, terkonfirmasi mendekati indikator MA-100 dan MA-50 ke Rp15.590/US$, tecermin dari time frame daily dan menggaris chart trend setahun terakhir.
Bila rupiah memberi indikasi penguatan, resistance terdekat ada di posisi Rp15.635/US$. Sedang kisaran gerak rupiah dalam tren menguat ada di antara Rp15.600-Rp15.570/US$.
Sepanjang pekan lalu, rupiah berhasil mencetak kinerja terbaik mingguan sejak awal tahun dengan penguatan 1,04% terdorong arus masuk modal asing yang kembali deras ke pasar keuangan domestik.
Berdasarkan data transaksi 29 Januari hingga 1 Februari lalu, pemodal nonresiden mencatat posisi beli neto senilai total Rp8,51 triliun, menurut laporan Bank Indonesia.
Nilai beli bersih itu terdiri atas pembelian bersih sebesar Rp5,51 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), lalu pembelian bersih sebesar Rp2,46 triliun di pasar saham dan sebesar Rp540 miliar di instrumen Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Alhasil, selama 2024 hingga data setelmen 1 Februari, pemodal asing di Indonesia tercatat beli bersih Rp490 miliar di pasar SBN, lalu Rp8,75 triliun di pasar saham dan Rp21,46 triliun di SRBI.
(rui)