Logo Bloomberg Technoz

Powell Sebut Bunga Turun Setelah Maret, Rupiah Bakal Tertekan

Tim Riset Bloomberg Technoz
05 February 2024 07:50

Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pergerakan rupiah pada hari perdagangan pertama pekan ini, Senin (5/2/2024), dibayangi risiko pelemahan setelah pekan lalu berhasil mencetak kinerja cemerlang dengan penguatan hingga lebih dari 1%.

Sinyal pelemahan rupiah hari ini terlihat dari kebangkitan lagi kekuatan dolar Amerika Serikat (AS) yang pagi ini di pasar Asia menunjukkan penguatan lanjutan ke kisaran 104,09, setelah pekan lalu juga ditutup menguat 0,85%. Penguatan the greenback akan membatasi ruang pergerakan mata uang yang menjadi lawannya, termasuk rupiah.

Pernyataan terbaru Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dalam wawancara di program '60 Minutes' yang disiarkan CBS pada Ahad petang menegaskan posisi bank sentral yang akan sangat berhati-hati menurunkan bunga acuan.

Powell menyatakan, The Fed masih ingin melihat data ekonomi lebih lanjut demi memastikan laju disinflasi ke arah target 2% bisa berkelanjutan.

"Bahaya dari tindakan menurunkan bunga terlalu cepat adalah bahwa pekerjaan [menjinakkan inflasi] ini belum selesai dan bahwa data yang sangat baik yang kita peroleh selama enam bulan terakhir ini ternyata tidak menjadi indikator sebenarnya yang memberi petunjuk arah inflasi," kata Powell dalam wawancara bersama Scott Pelley dari CBS, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Senin pagi ini.