Bank BRI menyetorkan dividen kepada negara sebanyak Rp 23,15 triliun dan masuk ke Rekening Kas Umum Negara. Setoran dividen kepada negara mengacu kepemilikan saham setara 53,19% dari modal.
"Atas dasar hal tersebut, BRI memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 85% dari laba bersih konsolidasian tahun 2022 atau senilai Rp 43,49 triliun. Sedangkan sisanya sebesar 15% senilai Rp 7,67 triliun digunakan sebagai laba ditahan," ucap Sunarso.
Penetapan dividend payout ratio sebesar 85% tersebut, lanjut Sunarso, telah mempertimbangkan struktur modal yang kuat Bank BRI. Likuiditas perseroan juga tetap optimal dalam rangka ekspansi bisnis dan antisipasi risiko yang mungkin terjadi pada masa mendatang.
"Dengan rasio pembayaran dividen sebesar 85%, CAR perseroan tetap terjaga dikisaran 20% untuk jangka panjang," tambahnya.
Bank BRI mencatatkan laba bersih tahun lalu sebesar Rp 51,4 triliun. Terjadi pertumbuhan laba 67,15%, efek dari peningkatan pendapatan bunga perseroan. Di antara BUMN perbankan lainnya Bank BRI mencatatkan nilai laba bersih tertinggi, mengalahkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
Sunarso mengatakan, pendapatan berbasis komisi (fee based income) juga tumbuh double digit. Hal ini tidak lepas dari dampak positif dari transformasi digital perseroan.
Pada perdagangan hari ini saham BBRI melaju positif 10 poin atau 0,21% ke posisi Rp 4.830/saham dibandingkan harga penutupan pekan lalu, Rp 4.820/saham. Hingga siang ini saham BBRI diperdagangkan pada kisaran Rp 4.770 hingga Rp 4.830 dengan nilai transaksi Rp 250 miliar.
(wep)