Pernyataan tersebut menggarisbawahi keretakan yang semakin dalam dalam aliansi dua keluarga politik terkuat di Filipina — pemenang pemilu 2022—menjelang jajak pendapat paruh waktu tahun depan.
Dalam sebuah wawancara dengan penyiar lokal bulan lalu, Marcos menyatakan keprihatinannya atas ketentuan-ketentuan ekonomi yang membatasi negara Asia Tenggara ini. Marcos menginginkan tetap membuka pintu untuk perubahan dalam batas masa jabatan politisi.
Duterte memperingatkan Marcos bahwa jika ia tetap memaksakan kehendaknya, akan digulingkan, seperti ayahnya yang berkuasa selama dua dekade dengan merevisi konstitusi.
Mendiang diktator Ferdinand Marcos digulingkan oleh pemberontakan rakyat pada tahun 1986. Konstitusi baru yang diratifikasi setahun kemudian membatasi pemimpin negara ini untuk masa jabatan tunggal selama enam tahun. Tujuannya mencegah penyalahgunaan kekuasaan di masa depan.
Para politisi lain, termasuk putri Duterte, Wakil Presiden Sara Duterte, mengatakan bahwa mengubah konstitusi tidak tepat pada waktu. Pasalnya negara ini masih bergulat dengan harga pangan yang tinggi, kejahatan, dan masalah-masalah mendesak lainnya.
Sara Duterte adalah favorit untuk menggantikan Marcos dalam pemilihan presiden 2028.
Ano mengatakan bahwa pernyataan memisahkan diri, mengancam untuk membatalkan upaya-upaya untuk mengakhiri konflik bersenjata selama puluhan tahun di Mindanao, pulau terbesar kedua di Filipina.
Pemerintah Filipina pada tahun 2014 mencapai kesepakatan damai dengan kelompok pemberontak Muslim terbesar di wilayah tersebut setelah beberapa dekade pemberontakan yang menewaskan sekitar 200.000 orang dan merugikan pengembangan sumber daya alamnya yang kaya.
(bbn)