Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini bergerak di zona merah dengan terkoreksi 0,44% ke level 6.735,34 pada perdagangan Senin (13/3/2023). Sementara kurs rupiah terpantau menguat 0,12% ke level Rp 15.431/US$.
IHSG dibuka melemah pada perdagangan hari ini dengan bergerak di antara level 6.727,44-6.755,9 di awal perdagangan sesi 1. Indeks LQ45 terpantau juga bergerak di zona merah, dengan terkontraksi 3,2 poin (0,35%) menuju level 933,87.
Nilai perdagangan pagi hari mencapai Rp 1,1 triliun dari 2,9 miliar lembar saham yang ditransaksikan. Tercatat ada pelemahan di 352 saham dan penguatan di 111 saham. Sisanya 265 saham stagnan.
Sektor saham transportasi dan teknologi sementara ini jadi pendukung utama pelemahan IHSG. Sektor saham kesehatan terpantau mengalami penguatan. Hingga 30 menit jalannya perdagangan, IHSG berada pada posisi 6.742,78 atau melemah 22,5 poin (0,33%). Pelemahan indeks berangur-angsur mengecil.
Pada perdagangan pekan kemarin IHSG ditutup di zona merah dengan terkoreksi 0,51% atau 34,49 poin ke level 6.765,3.
Mirae Asset Sekuritas dalam analisis Technical Insightnya merekomendasikan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Ajaib Sekuritas memberi rekomendasi PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Ajaib Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi bergerak bervariasi di antara 6.720-6.900.
Pada perdagangan regional Asia, bursa saham diproyeksikan akan bergerak di zona merah. Berdasarkan data sementara ini indeks Nikkei 225 melemah 1,49% dan indeks Straits Times Singapore -0,9%. Mengikuti anjloknya pasar saham Amerika Serikat (AS) pada pekan kemarin yang terkoreksi 1,07%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, sentimen perdagangan hari ini masih seputar runtuhnya Silvergate Capital Corp. grup keuangan berbasis Silicon Valley, SVB Financial Group. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga yang agresif dapat merusak neraca keuangan perusahaan.

Terkini, Otoritas Keuangan AS telah mengeluarkan berbagai langkah untuk memperkuat kembali sektor keuangan dengan program pendanaan baru. Dalam pernyataan terpisah, The Fed menyebut tengah menyusun "Program Pendanaan Perbankan (Bank Term Funding Program)". Program ini menawarkan pinjaman kepada bank dengan syarat yang dipermudah.
Sementara itu, harga minyak meningkat karena sentimen positif yang dibawa oleh Otoritas Keuangan AS terkait SVB, sementara harga emas naik karena daya tariknya sebagai tempat yang aman. Harga aset Bitcoin juga naik, mencerminkan kelegaan di kalangan investor.
Yield obligasi AS tenor 2 dan 10 tahun terkoreksi. Pasar memperkirakan bank sentral akan menahan laju kenaikan suku bungan pasca kabar SVB pada akhir pekan lalu.

"Meskipun tidak memiliki direct impact, sentimen SVB, yang secara tidak langsung juga disebabkan suku bungan AS yang terus naik, membuat bursa regional terkoreksi," tulis Trimegah Sekuritas Indonesia.
Pasar akan menantikan data terbaru inflasi AS pada tengah pekan, juga pengumuman neraca perdagangan Indonesia.
(fad/wep)