“Serangan presisi ini dimaksudkan untuk mengganggu dan menurunkan kemampuan yang digunakan Houthi untuk mengancam perdagangan global, dan nyawa para pelaut yang tidak bersalah,” menurut pernyataan Pentagon.
Pentagon juga memperingatkan, "Kami tidak akan ragu untuk terus membela nyawa dan kehidupan di jalur perdagangan bebas di salah satu jalur perairan paling kritis di dunia itu.”
Serangan rudal dan pesawat nirawak (drone) Houthi di kawasan Laut Merah telah mengganggu perdagangan global, meningkatkan kekhawatiran akan melonjaknya harga minyak, memaksa pelayaran besar mengalihkan kapal-kapal mereka ke rute yang lebih panjang, dan menyebabkan pemerintahan Biden melancarkan operasi militer angkatan laut bersama dengan sekutunya guna menghentikan disrupsi terhadap perdagangan global.
Pentagon secara khusus mengutip serangan Houthi terhadap Marlin Luanda, sebuah kapal tanker minyak berbendera Kepulauan Marshall yang dioperasikan oleh Trafigura Group. Kapal tanker tersebut pekan lalu akibat serangan rudal yang diklaim oleh Houthi. Kapal itu membawa nafta asal Rusia, produk yang digunakan untuk membuat plastik dan bensin.
“Kami tetap berkomitmen untuk melindungi kebebasan navigasi dan perdagangan internasional serta meminta pertanggungjawaban Houthi atas serangan mereka yang ilegal dan tidak dapat dibenarkan terhadap pelayaran komersial dan kapal angkatan laut,” kata Pentagon.
Sebelumnya pada Jumat, serangan udara AS menargetkan pasukan dan milisi Iran di Irak dan Suriah dalam apa yang disebut Biden sebagai serangan balasan atas pesawat nirawak sepekan lalu di timur laut Yordania oleh kelompok militan yang terkait dengan Iran. Tiga orang anggota militer AS tewas dalam serangan tersebut.
Pemerintah Irak mengatakan bahwa warga sipil termasuk di antara sedikitnya 16 orang yang tewas dan 25 orang yang terluka di wilayahnya akibat serangan tersebut. “Serangan agresif ini akan menempatkan keamanan di Irak dan wilayah tersebut di ambang jurang kehancuran,” kata juru bicara pemerintah Irak Basim Al-Awadi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyebut serangan udara AS sebagai “kesalahan strategis” yang hanya akan memperburuk “ketegangan dan ketidakstabilan di kawasan.”
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan akan meminta Dewan Keamanan PBB untuk membahas serangan tersebut sesegera mungkin.
Pejabat tinggi kebijakan luar negeri Uni Eropa menyatakan keprihatinannya dan mendesak deeskalasi. “Kami tidak memiliki kehadiran militer di lapangan, satu-satunya hal yang dapat kami lakukan adalah menggunakan kapasitas diplomatik kami untuk menghindari meningkatnya reaksi ini,” kata Josep Borrell kepada wartawan di Brussels.
Wilayah ini makin dekat dengan konflik besar-besaran sejak militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober. Serangan Hamas itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera ratusan orang Israel. Sebagai balasan, pemerintah Israel menyatakan perang terhadap kelompok tersebut, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan Eropa. Union, di Jalur Gaza.
Dalam serangan hari Jumat, pesawat AS, termasuk pesawat pengebom jarak jauh B-1 yang diterbangkan dari AS, menyerang 85 sasaran di tujuh lokasi yang terkait dengan Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Islam Iran dan kelompok militan yang didanai Iran, kata para pejabat AS.
Aksi-aksi ini terjadi disaat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan memulai perjalanan kelimanya ke wilayah tersebut serangan 7 Oktober. Dia diperkirakan akan berada di Arab Saudi, Mesir, Qatar, Israel dan Tepi Barat selama lima hari.
Pangkalan militer AS yang tersebar di Irak dan Suriah memang kerap diserang dan sudah lebih dari 160 kali sejak serangan bulan Oktober, namun korban jiwa pada tanggal 28 Januari yang lalu adalah kematian pertama.
Serangan AS menargetkan “fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi kelompok milisi dan sponsor IRGC mereka yang memfasilitasi serangan terhadap pasukan AS dan Koalisi,” kata Komando Pusat AS.
AS mengatakan serangan mematikan di Yordania tersebut dilakukan oleh kelompok payung yang didukung Iran, yang dikenal sebagai Perlawanan Islam di Irak. Kelompok tersebut adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai Poros Perlawanan, sebuah jaringan militan anti-Israel dan anti-AS di kawasan yang mencakup kelompok-kelompok di Suriah, Lebanon dan Yaman, serta Hamas di Jalur Gaza.
Hal ini juga mencakup kelompok militan Kata’ib Hizbullah, yang pekan ini mengatakan bahwa mereka menghentikan operasi militer di Irak setelah mendapat tekanan dari pemerintah Irak.
(bbn)