Logo Bloomberg Technoz

IHSG menjadi banyak dari sekian Bursa Asia yang menghijau sepanjang hari, KOSPI (Korea Selatan), PSEI (Filipina), SETI (Thailand), Straits Times (Singapura), TW Weighted Index (Taiwan), Nikkei 225 (Tokyo), KLCI (Malaysia), dan TOPIX (Jepang), yang berhasil menguat masing-masing 2,87%, 1,27%, 1,24%, 0,97%, 0,51%, 0,41%, 0,24%, dan 0,22%.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya kompak ada di zona merah i.a Shenzhen Comp. (China), Shanghai Composite (China), Hang Seng (Hong Kong), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), yang terpangkas masing-masing 2,99%, 1,49%, 0,21%, dan 0,04%.

Bursa Asia mengikuti apa yang terjadi di Wall Street. Dini hari tadi waktu Indonesia, Bursa Saham New York kompak melaju di zona hijau.

Indeks Nasdaq Composite melonjak 1,3%, S&P 500 menguat 1,25%. Sementara, Dow Jones Industrial Average (DJIA) menghijau dengan kenaikan 0,97%.

Salah satu sentimen yang mewarnai laju indeks adalah datang dari harapan akan penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menebal seiring rilis data pasar tenaga kerja AS terbaru yang menunjukkan adanya perlambatan di pasar tenaga kerja.

Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja pada Kamis, klaim awal meningkat 9.000 menjadi 224.000 dalam pekan yang ditutup 27 Januari. Naik dari pekan sebelumnya yang sebanyak 215.000 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak pertengahan November.

Adapun perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom adalah 212.000. 

Data ini makin menegaskan bahwa ekonomi AS mulai ‘Mendingin’. Oleh karena itu, penurunan suku bunga acuan adalah sebuah keniscayaan, meski belum bisa dilakukan dalam waktu dekat.

“Investor belum mengesampingkan kemungkinan suku bunga acuan bisa diturunkan lebih cepat dari perkiraan. Ekspektasi itu bisa semakin meningkat jika data yang diumumkan terus memburuk,” kata Fawad Razaqzada dari City Index and Forex.com, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Dari dalam negeri, sentimen positif juga datang dari sektor manufaktur RI yang kembali ekspansif pada Januari 2024. Saat ini, sektor manufaktur Indonesia resmi berada di zona ekspansi selama 29 bulan berturut-turut.

S&P Global mencatat aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) berada di 52,9 pada Januari 2024. Naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang ada di level 52,2 sekaligus jadi yang tertinggi sejak Agustus 2023.

PMI menggunakan angka 50 sebagai tolok ukur. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

“Produksi manufaktur meningkat pada awal tahun, ekspansif selama 20 bulan berturut-turut. Tingkat pertumbuhannya pun menjadi yang tertinggi dalam 2 tahun,” tulis S&P dalam laporannya.

(fad/wep)

No more pages