“Kami hanya mengamati ruang tersebut dan belum berinvestasi” di saham tersebut, katanya, menyebut rasio pengembalian yang buruk untuk beberapa perusahaan di sektor tersebut.
Harga saham yang meroket dari saham-saham kecil ini sekarang menghadapi kenyataan. Lonjakan kapasitas produksi menekan harga, dan pendapatan kesulitan mengimbangi laju kenaikan.
Hal ini mengingatkan kita pada kehebohan di AS. Peningkatan valuasi sebelum kehancuran membuat sejumlah perusahaan GS US Renewables, yang diuntungkan dari transaksi energi terbarukan, turun 43% dari level tertinggi pada Februari 2021.
Harga panel surya turun ke rekor terendah bulan ini, membuat China TCL Zhonghuan Renewable Energy Technology Co megeluarkan peringatan terhadap laba pekan lalu.
"Anjloknya harga di seluruh rantai pasokan tenaga surya di China dan Asia Tenggara akan menggagalkan ambisi pembangkit listrik tenaga surya di Eropa, India, dan Amerika Serikat," tulis Lara Hayim dan Jenny Chase dari BloombergNEF dalam sebuah catatan.
Mereka menambahkan, jumlah instalasi meningkat. Akan tetapi, beberapa produsen akan mengalami kerugian penjualan tahun ini.
Valuasi 'Gila'
Perusahaan-perusahaan penghasil saham terbesar di sektor energi terbarukan India kini menghadapi tantangan dari pendapatan yang sangat kecil, yang melambungkan valuasi.
Sebagai contoh, SG Mart melaporkan penjualan bersih sebesar 15,6 juta rupee dan laba bersih 2 juta rupee pada tahun fiskal penuh terakhir. Namun menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, mereka memiliki nilai pasar sebesar US$720 juta.
Para pendiri SG Mart telah menjual sejumlah kepemilikan mereka di perusahaan kepada investor ritel dan investor kaya di tengah reli. Pola serupa juga terlihat di Gensol dan Waaree Renewable.
Waaree Renewable dan SG Mart sekarang memiliki price-to-book value masing-masing 99 kali dan 87 kali dari laba 12 bulan sebelumnya, jauh lebih tinggi daripada tiga kali indeks Nifty 50.
Selama 12 bulan terakhir, investor ritel (mereka yang memiliki investasi hingga 200.000 rupee) meningkatkan kepemilikan mereka di sebagian besar saham-saham dengan keuntungan tertinggi, termasuk Waaree Renewable, Gensol, Taylormade Renewable, dan Zodiac Energy.
“Saya tidak berpikir investor melakukan hal yang benar dengan mengejar narasi,” kata Amit Doshi, manajer portofolio di Care Portfolio Managers Pvt. “Menghasilkan keuntungan luar biasa menjadi sulit jika Anda membayar lebih mahal” untuk memiliki perusahaan, katanya.
Investor institusional seperti Doshi sebagian besar menghindari beberapa perusahaan yang menghasilkan keuntungan besar di sektor ini. Vauasi yang tidak dapat dipertahankan dan rendahnya free float menjadi alasan.
Namun, karena pemerintah menginvestasikan miliaran melalui BUMN dan memberikan insentif untuk berbagai manufaktur peralatan terbarukan, juga mendukung penggunaan kendaraan listrik, industri ini memiliki banyak potensi pertumbuhan.
Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman juga mengumumkan rencana pendanaan pada hari Kamis untuk mendukung penggunaan energi terbarukan. Tetapi risiko untuk saham-saham kecil ini mungkin terlalu tinggi untuk diabaikan.
Aniket Shah, kepala ESG global untuk Jefferies Group LLC yang berbasis di New York, mengatakan bahwa pertumbuhan yang lambat dalam penambahan kapasitas baru dan kurangnya dukungan dari ekonomi barat dalam hal pembiayaan dan transfer teknologi adalah hal-hal yang membuatnya tetap "terjaga".
Investor mengambil risiko besar terhadap teknologi dan permintaan pelanggan yang besar. Mereka “harus dikompensasi untuk itu,” katanya.
(bbn)