Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara turun lagi pada perdagangan kemarin. Si batu hitam masih menjalani tren negatif. 

Pada Kamis (1/2/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 116/ton. Turun 0,43% dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak Mei 2021.

Dalam sepekan terakhir, harga batu bara anjlok 8,81% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga ambruk 12,05%.

Penggunaan batu bara yang semakin berkurang membuat harga komoditas ini bergerak turun. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, ekspor baru bara meningkat ke level tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

Data Kpler menunjukkan ekspor batu bara Negeri Adikuasa pada 2023 mencapai 32,5 juta metrik ton dengan nilai US$ 5,7 miliar. Ini menjadi catatan tertinggi sejak 2017.

Penyebabnya adalah pemakaian batu bara di AS sudah makin berkurang. Riset lembaga think-tank Ember menyebut pembangkitan listrik dengan batu bara di AS mencapai titik terendah dalam seabad terakhir.

Sepanjang 2013-2023, pembangkitan listrik dengan batu bara di AS anjlok 57,5% dari 1.581 terawatt hours menjadi 672,5 terawatt hours. Selama periode tersebut, peran batu bara dalam bauran energi (energy mix) turun dari 39% menjadi 19%.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 25,68. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.

Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 25,02. Belum jenuh jual (oversold) sehingga risiko sell-off masih terbuka.

Namun dengan harga yang sudah jatuh begitu dalam, batu bara tetap berpeluang bangkit. Target resisten terdekat ada di US$ 123/ton. Jika tertembus, maka US$ 126/ton bisa menjadi target selanjutnya.

Sementara target support terdekat adalah US$ 113/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun lagi ke US$ 110/ton.

(aji)

No more pages