Logo Bloomberg Technoz

Lebih lanjut, konglomerasi dari Keluarga Hartono telah diwarisi dari dan oleh kakak-beradik Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono dari bisnis rokok sang ayah, Oei Wie Gwan, yang awalnya membeli merek rokok pada 1950-an dan mengubah namanya menjadi Djarum.

Setelah Oei meninggal pada 1963, kedua putranya, Michael Hartono dan Budi Hartono, melakukan diversifikasi dengan berinvestasi di bank terbesar di Indonesia, Bank Central Asia (Bank BCA/BBCA). Saat ini, kepemilikan saham tersebut menjadi sebagian besar kekayaan keluarga.

Hingga sampai dengan saat ini, di 2024, Bank BCA tercatat sebagai bank swasta terbesar di Indonesia dengan aset mencapai Rp1.408,1 triliun dan menghasilkan laba bersih senilai Rp48,63 triliun pada 2023.

Hal ini dapat membuat keluarga tersebut menjadi sangat kaya, baik dari keuntungan perusahaan, saham, hingga dividen.

Berikut deretan 20 keluarga dengan kekayaan terbesar di Asia.

1. Keluarga Ambani, Reliance Industries

Keluarga Ambani tercatat memiliki total kekayaan mencapai US$102,7 miliar atau setara dengan Rp1.622,96 triliun. (dengan Kurs Rp15.803/US$)

Dhirubhai Ambani, ayah dari Mukesh Ambani dan Anil Ambani, mulai membangun Reliance Industries sejak tahun 1950-an. Saat ini, Mukesh memimpin konglomerat berbasis di Mumbai itu, yang memiliki kompleks pengolahan minyak terbesar di dunia dan telah berkembang ke teknologi, ritel, dan energi hijau, dengan anak-anaknya memimpin unit bisnis yang berbeda.

Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index pada 31 Januari 2024, tahta kekayaan keluarga Ambani dipimpin oleh Mukesh Ambani yang memiliki harta kekayaan secara individu sebesar US$106,3 miliar. Dengan kekayaan tersebut ia menduduki urutan 11 orang paling kaya di dunia.

2. Keluarga Hartono, Grup Djarum  

Menariknya, di urutan ke-2 keluarga terkaya di Asia muncul keluarga konglomerat asal Indonesia. Total kekayaan Keluarga Hartono mencapai US$44,8 miliar atau setara dengan Rp707,97 triliun.

Michael Hartono. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Adapun perjalanan awal Keluarga Hartono dimulai dari Oei Wie Gwan yang membeli merek rokok pada 1950-an dan mengubah namanya menjadi Djarum. Bisnis tersebut awalnya hanya memiliki 10 karyawan dan telah berkembang menjadi salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.

Sekadar informasi, Budi Hartono, putra dari Oei kini menempati peringkat ke-79 orang terkaya di dunia, dan Michael Hartono yang juga pemilik Grup Djarum menempati peringkat ke-86 orang terkaya di dunia.

3. Keluarga Mistry, Shapoorji Pallonji Group

Keluarga terkaya di Asia pada posisi ketiga ditempati oleh Keluarga Mistry. Kekayaannya berasal dari bisnis keluarga yang memulai awalnya sebagai perusahaan konstruksi. Sekarang, Grup Shapoorji Pallonji mencakup berbagai bidang bisnis, termasuk rekayasa dan konstruksi.

Sebagian besar kekayaan keluarga dipegang dalam Tata Sons, yang merupakan perusahaan induk utama di balik Tata Group, yang mengendalikan Jaguar Land Rover.

Grup Shapoorji Pallonji juga membangun Reserve Bank of India di Mumbai, dan Istana Al Alam untuk Sultan Oman. Hingga kini, Keluarga Mistry memiliki total kekayaan mencapai US$36,2 miliar (Rp572,06 triliun). Dengan kekayaan sejumlah tersebut mereka juga menduduki peringkat 37 sebagai orang terkaya di dunia.

4. Keluarga Kwok, Sun Hung Kai Properties

Keluarga Kwok merupakan keluarga terkaya nomor empat di Asia yang berasal dari Hong Kong. Dengan total kekayaan mencapai US$32,3 miliar (Rp510,43 triliun).

Kwok Tak-seng mencatatkan Sun Hung Kai Properties pada tahun 1972. Sejak itu, perusahaan tersebut telah menjadi salah satu pengembang properti terbesar di Hong Kong sebagai dasar kekayaan Keluarga Kwok.

Saat ini, berdasarkan data Bloomberg, Raymond Kwok yang memimpin bisnis tersebut, yang juga terdaftar dalam orang terkaya dunia ke-196, dan orang terkaya nomor 9 di Hong Kong.

5. Keluarga Chearavanont

Keluarga Chearavanont menempati posisi kelima keluarga terkaya di Asia dengan kekayaan mencapai US$31,2 miliar (Rp493,05 triliun).

Kekayaan tersebut awalnya dari menjual biji sayuran bersama saudaranya pada 1921. Seabad kemudian, putra Chia, Dhanin Chearavanont, menjabat sebagai Chairman Senior dari Charoen Pokphand Group, sebuah konglomerat dengan unit bisnis makanan, ritel, dan telekomunikasi.

Keluarga Chearavanont juga berhasil mengumpulkan dana sebesar US$2 miliar bersama LDA Capital untuk berinvestasi dalam perusahaan-perusahaan yang sedang growth di Asia Tenggara.

6. Keluarga Yoovidhya, T.C.P. Group.

Chaleo Yoovidhya mendirikan T.C. Pharmaceutical pada 1956 untuk menjual obat-obatan. Beliau kemudian diversifikasi ke produk konsumen dan pada 1975 yang menciptakan minuman energi yang disebut Krating Daeng, yang berarti "Banteng Merah" dalam bahasa Thai. Setelah pemasar Austria, Dietrich Mateschitz, menemukan minuman tersebut selama perjalanan bisnis ke Asia, dia bermitra dengan Chaleo untuk memodifikasi resepnya dan memasarkan Red Bull secara global.

Kemasan Red Bull (Photographer: Simon Dawson/Bloomberg)

Kesuksesan minuman energi tersebut secara besar-besaran memberikan kontribusi pada kekayaan Keluarga Yoovidhya dan Mateschitz.

Dengan perjalanan suksesnya, Red Bull telah menjadi yang paling terdepan di Formula 1, dengan pembalap juara dunia tiga kali, Max Verstappen, mengemudikan mobil yang dinamai sesuai dengan perusahaan tersebut.

Tercatat, total kekayaan Keluarga Yoovidhya mencapai US$30,2 miliar (Rp477,25 triliun).

7. Keluarga Jindal, OP Jindal Group

Keluarga terkaya di Asia posisi ketujuh ditempati oleh Keluarga Jindal, dengan angka kekayaan mencapai US$27,6 miliar (Rp436,16 triliun).

Om Prakash Jindal memulai pabrik baja satu unit pada 1952 dan terus ekspansi hingga menjadi OP Jindal Group, sebuah konglomerat yang mencakup berbagai sektoral mulai dari baja, energi, semen, sampai dengan olahraga. Istrinya, Savitri, meneruskan bisnis sebagai pemimpin grup, dengan empat putra mereka mengelola bisnis-bisnis tersebut.

8. Keluarga Tsai, Cathay Financial–Fubon Financial

Awalnya, saudara Tsai mendirikan Cathay Life Insurance pada 1962. Selanjutnya, pada 1979, keluarga memutuskan untuk membagi bisnis tersebut, dengan Tsai Wan-lin dan Tsai Wan-tsai mengambil alih kendali Cathay Life Insurance dan Cathay Insurance secara masing-masing. 

Seiring berjalannya waktu, Cathay Insurance kemudian berganti nama menjadi Fubon Insurance. Keluarga ini sekarang memiliki saham di dua perusahaan induk keuangan terbesar di Taiwan dan telah melakukan diversifikasi ke berbagai sektor termasuk properti, dan juga telekomunikasi.

Dengan pencapaian dan perjalanan bisnis yang ekspansif, total kekayaan Keluarga Tsai mencapai US$24 miliar (Rp379,27 triliun).

9. Keluarga Cheng, New World–Chow Tai Fook

New World–Chow Tai Fook merupakan sebuah perusahaan properti, dan perhiasan. Awalnya kekayaan Keluarga Cheng dimulai dengan Chow Tai Fook Jewellery, yang berbasis di Hong Kong. Keluarga Cheng juga mengendalikan New World Development, salah satu perusahaan properti dan infrastruktur terbesar di kota tersebut.

Chow Tai Fook Jewellery Group (Photographer: Paul Yeung/Bloomberg)

Dengan demikian, Keluarga Cheng menempati posisi kesembilan keluarga terkaya di Asia dengan kekayaan mencapai US$23,6 miliar (Rp372,95 triliun).

10. Keluarga Birla, Aditya Birla Group

Kekayaan keluarga terkaya kesepuluh se-Asia berasal dari India. Dengan total kekayaannya mencapai US$21,8 miliar (Rp344,5 triliun).

Aditya Birla Group adalah salah satu bisnis milik keluarga tertua di India, dengan kepentingan di berbagai industri termasuk logam, layanan keuangan, dan ritel.

Bisnis keluarganya bermula dari perusahaan perdagangan kapas pada abad ke-19, kemudian Ghanshyam Das Birla, yang mendanai perjuangan Mahatma Gandhi untuk kemerdekaan dari pemerintahan Inggris, menciptakan salah satu produsen aluminium terbesar di negara tersebut. 

11. Keluarga Pao/Woo, BW Group–Wheelock

Pao Yue-Kong memulai bisnis pelayaran ketika ia membeli kapal pertamanya, Golden Alpha, pada 1955. Kemudian, pada 1979, perusahaan tersebut memiliki lebih dari 200 kapal, menjadikannya armada pelayaran kargo terbesar yang dimiliki secara independen di dunia pada saat itu.

Berlanjut, Pao melakukan diversifikasi ke bidang properti, menggunakan dana hasil penjualan kapal. Ketika beliau meninggal pada 1991, bisnisnya dibagi antara empat putrinya dan keluarga mereka. Sebagian besar kekayaan keluarga saat ini berasal dari pengembang properti Hong Kong, Wheelock, yang diambil menjadi perusahaan swasta pada 2020.

Tercatat, total kekayaan keluarga Pao/Woo mencapai US$20,7 miliar (Rp327,12 triliun).

12. Keluarga Lee, Samsung 

Lee Byung-Chull memulai Samsung pada awalnya di 1938 sebagai perusahaan perdagangan yang mengekspor buah, sayuran, dan ikan. Beliau terlibat dalam industri teknologi dengan mendirikan Samsung Electronics pada tahun 1969. Putra ketiganya, Lee Kun-hee, mengambil alih bisnis tersebut. Kemudian, Jay Y. Lee, yang telah memantapkan kendali atas konglomerat sejak itu. Pada 2022, Jay Y. Lee dipromosikan menjadi Chairman Eksekutif Samsung Electronics.

Samsung (Dok: Bloomberg)

Berdasarkan data Bloomberg, total kekayaan Keluarga Lee dari Samsung mencapai US$18,2 miliar (Rp287,61 triliun).

13. Keluarga Bajaj, Bajaj Group

Jamnalal Bajaj mendirikan Bajaj Group pada 1926. Putranya, Kamalnayan, memulai pendahulu Bajaj Auto dan memperluas bisnis baru, termasuk semen dan peralatan listrik. Perusahaan ini mulai memproduksi merek skuter sendiri ketika lisensi Bajaj tidak diperpanjang oleh Piaggio dari Italia pada 1970-an.

Selanjutnya pada 2008, putra Kamalnayan, Rahul, membagi Bajaj Auto menjadi tiga unit untuk meningkatkan keuntungan pemegang saham dan memberikan lebih banyak kontrol manajemen kepada pewaris-pewarisnya. Berkat ekspansinya, Bajaj Auto telah menjual lebih dari 18 juta skuter di lebih dari 70 negara.

Adapun total kekayaan Keluarga Bajaj keseluruhan berdasarkan data Bloomberg mencapai US$17,1 miliar (Rp270,23 triliun).

14. Keluarga Kwek/Quek, Hong Leong Group

Kwek Hong Png dan tiga saudaranya mendirikan Hong Leong yang berasal dari Singapura pada 1941. Putra sulungnya, Kwek Leng Beng, mengelola operasi di negara tersebut yang mencakup pengembangan properti, perhotelan, dan keuangan. Keponakannya, Quek Leng Chan, bertuju ke Malaysia untuk memimpin bagian bisnis keluarga yang telah menjadi salah satu konglomerat terbesar di negara tersebut.

Bisnis keluarga ini dari 1941, kemudian dapat mencatatkan total kekayaan mencapai US$16 miliar (Rp252,84 triliun).

15. Keluarga Sy, SM Investments

Ribuan toko ritel dan perbankan asal Filipina, didirikan oleh Henry Sy yang lahir di China dan berimigrasi ke Filipina. Beliau membantu ayahnya menjual beras, sarden, dan sabun sebelum membuka toko sepatunya yang pertama pada tahun 1958.

Dari sebuah toko kecil di pusat kota Manila, bisnisnya telah berkembang menjadi sebuah konglomerat dengan kepentingan di antaranya ritel, perbankan, dan properti. Saat ini, kelompok ini mengelola ribuan toko ritel dan perbankan. Dengan total kekayaan Keluarga Sy mencapai US$16 miliar (Rp252,84 triliun).

16. Keluarga Kadoorie, CLP Holdings

Elly Kadoorie dan kakaknya, Ellis, tiba di Hong Kong pada 1880-an untuk bekerja bagi Keluarga Sassoon, keluarga terkemuka dari diaspora Yahudi Baghdad. Kemudian, kedua saudara ini mendirikan sebuah perusahaan broker dan mengumpulkan saham di sektor perbankan, properti, dan fasilitas pembangkit listrik. Investasi utama termasuk CLP Holdings, penyedia listrik untuk Kowloon dan Wilayah Baru, serta Hongkong and Shanghai Hotels, grup yang memiliki jaringan hotel Peninsula. Michael, cucu Elly, kini jadi pimpinan di kedua bisnis tersebut.

Dengan perjalanan suksesnya, total kekayaan Keluarga Kadoorie mencapai US$15,4 miliar (Rp243,36 triliun).

17. Keluarga Lee, Lee Kum Kee

Keluarga terkaya di Asia posisi ke-tujuh belas ditempati oleh Keluarga Lee, dengan angka kekayaan mencapai US$14,3 miliar (Rp225,98 triliun).

Lee Kum Sheung menciptakan saus tiram dan mulai membangun Lee Kum Kee pada 1888. Ketika pabrik saus tiram asli di provinsi Guangdong terbakar pada 1902, bisnis itu dibangun kembali di Macau tetangga, di mana tetap berada hingga dipindahkan ke kota Hong Kong.

Anggota generasi ketiga, Lee Man Tat, mengkonsolidasikan kendalinya atas perusahaan ini dengan membeli saham paman dan saudaranya. Keluarga ini juga menjelajahi bisnis suplemen kesehatan pada 1992 dengan LKK Health Products. Lee juga memiliki aset properti yang signifikan, termasuk menara Walkie Talkie di London.

18. Keluarga Chirathivat, Central Group

Keluarga Chirathivat mengendalikan Central Group, yang merupakan salah satu konglomerat komersial terbesar di Thailand dengan lebih dari 50 anak perusahaan. Keluarga ini yang berketurunan Tionghoa awalnya dipimpin oleh Tiang Chirathivat, yang bermigrasi dari Hainan untuk membuka toko keluarga kecil di Bangkok pada 1947. Putra-putranya mengelola kerajaan bisnis ini selama sekitar setengah abad sebelum cucunya, Tos, mengambil alih.

Tos Chirathivat Chairman Central Group (Photographer: Brent Lewin/Bloomberg)

Dengan pencapaian dan perjalanan bisnis keluarga yang luas, total kekayaan Keluarga Chirathivat mencapai US$14,2 miliar (Rp224,4 triliun).

19. Keluarga Hinduja, Hinduja Group India

Parmanand Hinduja, mendirikan bisnis perdagangan dan perbankan pada 1914 yang menjadi cikal bakal kekayaan Keluarga Hinduja. Saat ini, Hinduja Group memiliki bisnis di berbagai industri seperti energi, otomotif, keuangan, dan perawatan kesehatan. Keluarga ini memiliki properti di India dan di berbagai kota termasuk London.

Dengan demikian, keluarga Hinduja menempati posisi ke-sembilan belas keluarga terkaya di Asia dengan kekayaan mencapai US$13,9 miliar (Rp219,66 triliun).

20. Keluarga Torii/Saji, Suntory

Kekayaan keluarga terkaya ke-20 se-Asia berasal dari Jepang. Dengan total kekayaannya mencapai US$13,3 miliar (Rp210,17 triliun).

Pendiri Suntory, Shinjiro Torii, membuka toko pertamanya pada 1899, yang kala itu menjual anggur dan minuman keras gaya barat. Di bawah kepemimpinan putranya, Keizo Saji, yang mengambil alih sebagai presiden pada 1961, Suntory telah menjadi konglomerat bernilai miliaran dolar dengan kepentingan mulai dari minuman beralkohol hingga makanan kesehatan. Cucu pendiri, Nobutada Saji, kini jadi pemimpin group perusahaan.

(fad/aji)

No more pages