Bahkan, PT KPI sendiri telah memberikan kepastian keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) akan diumumkan pada Maret tahun ini.
"FID saat ini masih dalam progres," ujar Hermansyah.
Untuk mendukung hal itu, Direktur Utama PT KPI Taufik Adityawarman mengatakan perusahaan juga tengah menyiapkan persetujuan akhir beberapa paket tender infrastruktur pendukung dengan konsep pendanaan engineering procurement construction (EPC).
Selain itu, perusahaan menyiapkan persetujuan final advisor terhadap para pemegang sahamnya; termasuk dengan mitranya dari Rusia itu.
Dalam proyek itu, PT KPI menggenggam saham mayoritas sebanyak 55% di PRPP, sedangkan 45% sisanya dikuasai oleh afiliasi Rosneft di Singapura yaitu Rosneft Singapore Pte Ltd (dahulu Petrol Complex Pte. Ltd).
Akan tetapi, asa Pertamina untuk mendirikan Kilang Tuban itu dibikin terkatung-katung oleh Rosneft, yang tiba-tiba menghilang tanpa kepastian dari rencana investasi di proyek tersebut imbas sanksi yang didapatnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sempat mengatakan pemerintah masih kukuh melanjutkan negosiasi dengan Pemerintah Rusia demi mengunci investasi Rosneft di proyek Tuban.
“Rosneft, tahu sendiri, sulit. Namun, saya sudah berbicara dengan Dubes Rusia untuk berkomunikasi dengan Rosneft. Masih bisa enggak? Kalau enggak, kita cari pengganti,” tegasnya, awal November.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji pun masih berharap tahun ini akan ada titik terang dari kepastian investasi Rosneft di Kilang Tuban. "Mereka itu bukan yang langsung kena sanksi begitu, ternyata masih bisa [ada harapan untuk] diputuskan," ujarnya.
(ibn/wdh)