Bloomberg Technoz, Jakarta - Emiten retail PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) berencana melakukan pembelian kembali saham atau buyback sebesar Rp 1 triliun atau 10% saham Seri C dari modal disetor dan ditempatkan perusahaan. Buyback akan dilakukan setelah perusahaan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
“Pembelian kembali saham akan dilaksanakan setelah perseroan memperoleh persetujuan dari RUPST yang akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 Maret 2023. Pelaksanaan pembelian kembali saham akan dilaksanakan paling lama 18 bulan terhitung sejak hari diselenggarakannya RUPST,” tulis pihak LPPF dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat(10/3/2023).
Melalui buyback saham, LPPF menargetkan peningkatan laba bersih per saham dari Rp 582, pada Desember 2022, menjadi Rp 675. Hal ini diharapkan dapat memberikan fleksibilitas LPPF dalam mengelola modal sehingga dapat mencapai struktur permodalan yang lebih efisien. Selain itu, pembelian kembali saham dilakukan dengan batas harga maksimal sebesar Rp 7.900 per lembar saham.
Pihak LPPF menjelaskan, tahun lalu, perusahaannya telah mendapat persetujuan untuk melaksanakan program buyback saham dengan biaya maksimal Rp 1 triliun, hingga 5 Desember 2023. Namun, LPPF berencana memperpanjang program tersebut hingga 2024.
“Perseroan berharap tidak akan terjadi penurunan pendapatan perseroan yang signifikan akibat dari pelaksanaan pembelian kembali saham tersebut, dan tidak berdampak signifikan terhadap biaya pembiayaan perseroan,” ungkap pihak LPPF.
Sedangkan sepanjang satu tahun terakhir LPPF sempat berada pada posisi tertinggi pada Rp 6,275/lembar di 21 Maret 2023.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke BEI, PT Matahari Department Store Tbk mencatat pendapatan bersih Rp 6,45 triliun, selama 2022. Pendapatan ini tumbuh 15,54% dari Rp 5,58 triliun, pada periode 2021.
Beban pokok pendapatannya tercatat Rp 2,05 triliun, atau naik 2,3% dari periode sebelumnya sebesar Rp 2 triliun. Dengan demikian, laba kotor perusahaan tersebut tercatat Rp 4,40 triliun. Angkanya bertambah 22,9% dibandingkan tahun sebelumnya dengan capaian Rp 3,57 triliun.
Data yang sama juga nampak pada beban usaha yang naik 10,4% dari Rp 2,54 triliun menjadi Rp 2,80 triliun. Laba operasi pun meningkat hingga 64,64% dari Rp 1,1 triliun menjadi Rp 1,84 triliun. Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga tercatat naik 51,52% menjadi Rp 1,38 triliun, dari Rp Rp 912,85 miliar tahun sebelumnya. Sedangkan, laba bersih per saham dasar dan dilusi menjadi Rp 582 per saham, atau naik 65,81% dari tahun lalu sebesar Rp 351 per saham.

Total ekuitas perusahaan ritel ini pun turun menjadi Rp 580,15 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 1 triliun. Asetnya pun susut tipis dari Rp 5,85 triliun menjadi Rp 5,75 triliun. Kas dan bank perseroan juga turun dari Rp 661,39 miliar menjadi Rp 354,28 miliar. Sedangkan, total liabilitas bertambah menjadi Rp 5,17 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 4,84 triliun.
(tar/frg)