Dini hari tadi waktu Indonesia, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,25-5,5%. Suku bunga tetap di level tertinggi dalam 22 tahun terakhir.
Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell menyebut bahwa penurunan suku bunga acuan tahun ini bukan sesuatu yang mustahil. Setelah Federal Funds Rate sudah mencapai puncak, jalan satu-satunya memang turun.
“Kami meyakini bahwa suku bunga sudah berada di puncak. Jika ekonomi bergerak seperti perkiraan, maka menjadi layak untuk mulai mengendurkan kebijakan yang ketat pada tahun ini,” ungkap Powell, seperti diberitakan Bloomberg News.
Akan tetapi, Powell menegaskan bahwa The Fed akan sabar, tidak tergesa-gesa. Suku bunga acuan baru bisa diturunkan jika inflasi sudah benar-benar menunjukkan gejala menuju target 2% secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, Powell menampik kemungkinan Federal Funds Rate bisa turun dalam rapat bulan depan.
“Berdasarkan hal-hal yang menjadi keputusan rapat hari ini, saya bisa sampaikan bahwa saya tidak berpikir Komite akan punya rasa percaya diri yang cukup (untuk menurunkan suku bunga) pada rapat Maret,” kata Powell.
Tidak cuma itu, Powell juga menegaskan kembali komitmen The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di level tinggi. Sesuatu yang dikenal dengan istilah higher for longer.
“Kami siap untuk mempertahankan suku bunga di level saat ini untuk waktu yang lebih lama, jika itu memang layak,” tegasnya.
Bunga Pasti Turun
Sikap The Fed yang cenderung hawkish tersebut membuat pelaku pasar sempat gugup. Namun setelah ada waktu untuk mencerna, sepertinya pasar menyadari bahwa pada akhirnya penurunan suku bunga adalah sebuah keniscayaan.
“Suku bunga sudah berada di jalur pendakian, dan pada saatnya pasti akan turun. The Fed sudah semakin dekat dengan pemangkasan suku bunga, meski mungkin tidak sekarang,” tutur Greg McBride, Chief Financial Analyst di Bankrate Inc, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Perubahan mood di pasar tersebut menyebabkan dolar AS kehilangan pamor. Pada pukul 12:35 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) turun tipis 0,03%. Kekuatan dolar AS yang mulai luntur ini menjadi katalis bagi kebangkitan mata uang Asia, termasuk rupiah.
(aji)